SIAGAINDONESIA.ID- Pakar sosiology of gender dengan sub bidang muslim woman studies, Refti Handayani Listyani membagikan materi mengenai literasi digital dalam pemberdayaan wanita muslim.
Hal itu disampaikan saat menjadi narasumber dalam acara Sarasehan dalam jaringan (sadaring) bertema Pengarusutamaan Literasi Gender dan Inklusi Sosial dalam Bidang Spiritual, Pendidikan dan Sosial, pada Sabtu (4/5).
Dia menjelaskan, melalui literasi yang kuat, perempuan dapat mengembangkan tentang implikasi sosial, budaya, dan agama dari partisipasi mereka dalam industri kecantikan.
Pengarusutamaan literasi, terangnya, memungkinkan perempuan muslim dalam mengambil keputusan berdasarkan pemahaman yang luas untuk menjadi konsumen dan produsen yang cerdik dan berpengaruh aktif dalam industri kecantikan.
“Melalui literasi digital perempuan muslim dapat mengambil kendali atas representasi kecantikan mereka sendiri, mempromosikan produk yang dimiliki dan berinteraksi dengan audiens mereka melalui sosial media,” bebernya.
Dia menjelaskan, dari menjadi konsumen hingga menjadi produsen, perempuan muslim telah mengambil peran yang semakin beragam dalam industri kecantikan. Mereka dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kecantikan untuk menciptakan produk-produk yang diminati oleh pasar melalui sosial media yang dimiliki.
Sementara itu, pemateri lainnya Zulfa Sakhiyya, menyampaikan alasan pentingnya mempelajari literasi dari prespektif gender untuk meningkatkan pemikiran kritis setiap orang sebagai solusi masalah atau isu-isu yang rumit.
Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) beralasan bahwa perspektif gender bisa menampung isu-isu pelik lainnya, seperti keadilan sosial, inklusi sosial, bahkan hingga kesadaran psikologi. “Seperti ekofemisme dan juga menawarkan solusi-solusi alternatif untuk masalah yang sedang kita hadapi,” jelasnya.
Untuk diketahui, kegiatan sedaring ini diselenggarakan oleh pusat studi literasi LPMM Universitas Negeri Surabaya melalui zoom meeting. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 100 peserta yang terdiri atas dosen, mahasiswa, media iswara, wiraswasta dan aktivis literasi dari provinsi Sumatera, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan dan Papua. (*)
Penulis: Dian Nur Cahyani (Mahasisiwi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNESA)
Editor: Basyir Aidi