Oleh: Andik Yuliyanto
MEMBINCANG nasionalisme tidak lepas dari aspek kesejarahan sebuah bangsa (Indonesia). Situasi dan keadaan waktu itu membuat sebuah peristiwa menjadi sangat khas. Ada penciri sebuah generasi dengan aspek perjuangan yang sangat heroik.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mewariskan tongkat nilai nasionalisme kepada generasi sekarang, yang biasa dikenal dengan generasi “Gen Z”. Mereka tidak mengalami secara langsung perjuangan melawan penjajah, baik itu Belanda atau Jepang.
Nasionalisme tentang Indonesia (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah sebuah kesadaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Kesetiaan terhadap negara Indonesia diletakkan pada urutan pertama. Rasa cinta, rasa bangga, rasa kerinduan adalah hal yang dapat memasuki hati sanubari para nasionalis sejati.
Saat pembentukan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) ada gagasan “negara integralistik” dari tokoh perjuangan, yaitu Prof. Mr. Dr. R. Soepomo, Dia mengenalkan konsep negara integral. Maksud dari konsep ini adalah sebuah susunan masyarakat integral dimana semua golongan, segala bagian, semua anggotanya berhubungan erat dengan yang lainnya.
Gen Z adalah generasi yang lahir di tahun 1995 sampai 2010. Generasi Z adalah generasi yang lahir setelah generasi Y. Generasi Z atau Gen Z adalah generasi yang dapat menggunakan segala sesuatunya dengan menggunakan kecanggihan teknologi internet. Jadi dapat dikatakan mereka dapat terhubung dengan dunia maya atau internet dengan begitu mudah.
Dulu, para pemuda memegang bambu runcing, sekarang memegang handphone. Dulu makan nasi jagung, sekarang makan aneka fast food. Dulu pelesir naik dokar, sekarang setir super car. Dulu kartu pos, sekarang unggah, unduh, like and share. Itulah sedikit komparasi masa lalu dan kekinian dari generasi dahulu dengan generasi Gen Z.
Mereka, generasi dahulu, generasi kemerdekaan dan Gen Z terpisah oleh rentang waktu yang sangat panjang. Perbedaan itu membuat cara berpikir dan cara pandang yang berbeda pula. Kadangkala generasi terdahulu merasa lebih patriot dari generasi sekarang. Sebaliknya, generasi Gen Z merasa lebih canggih dari generasi terdahulu.
Berkaitan dengan suatu masa tertentu dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, seorang ilmuwan yang bernama Thomas Khun (1962) mengemukakan konsep “paradigma”. Pengertian paradigma adalah kerangka referensi yang mendasari sejumlah teori maupun praktik ilmiah dalam periode tertentu. Akhirnya, paradigma diformulasikan sebagai keseluruhan sistem kepercayaan, nilai, dan teknik yang digunakan bersama oleh sekelompok komunitas ilmiah.
Selanjutnya, ilmuwan lain yang berpendapat tentang diskursus dan paradigma adalah Michel Foucault. Setiap zaman membicarakan sesuatu dengan diskursusnya masing-masing. Setiap diskursus akan bersaing satu dengan yang lain. Pengetahuan tidak lagi bergantung pada institusi atau figur tertentu melainkan bergantung pada proses penyebaran pengetahuan yang diterima oleh individu atau anggota masyarakat.
Tokoh lainnya, Ludwig Wittgenstein mengemukakan konsep language game. Baginya, bahasa itu seperti suatu permainan yang memiliki beragam aturan-aturan yang berbeda dan tidak bisa dicampurkan dengan yang lain. Dengan demikian, tidak ada ketunggalan dalam memaknai sesuatu.
Generasi terdahulu, generasi sebelum kemerdekaan, tidak bisa diperlawankan secara kontras dengan generasi Gen Z. Mereka mempunyai ciri masing-masing sesuai dengan zamannya. Mereka adalah pengisi kebudayaan di masanya.
Generasi sebelum kemerdekaan mempunyai semangat untuk membentuk Indonesia sebagai negara nation state (negara bangsa). Mereka mengusir penjajah. Mereka berkorban harta, benda, dan nyawa. Kemerdekaan bukanlah warisan, tapi sebuah perjuangan. Kemerdekaan bukanlah pemberian tetapi kemerdekaan adalah sebuah pencapaian.
Generasi Z adalah generasi penikmat apa yang telah diperjuangkan generasi terdahulu, generasi sebelum kemerdekaan. Mereka menikmati dan melanjutkan perjuangan. Generasi Z mempunyai perbedaan paradigma dengan generasi terdahulu.
Kemudian, apakah tidak ada satu pun yang dapat diwariskan kepada generasi Z? Pewarisan dapat berupa semangat meraih sesuatu. Pewarisan dapat berupa nilai-nilai karakter kebaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sampai pada titik ini, di bulan Agustus 2023, Indonesia masih terus berproses menjadi negara yang demokrasi. Nation and character building masih terus berjalan. Nilai-nilai perjuangan mewaris kepada Gen Z. Nilai itu bukan khayali tetapi realiti.
Gen Z harus lebih banyak berkiprah dalam berbagai macam language game di aras nasional maupun internasional. Gen Z harus berani menunjukkan bahwa mereka adalah pewaris heroisme masa silam.
Ajang-ajang atau wadah untuk berkiprah tersuguh luas di belantara perhubungan dunia maya. Wadah lingkungan, wadah olah raga, wadah art, wadah sains, wadah wirausaha, wadah start up, wadah politik, wadah engineering, dan wadah kreatif lainnya.
*) Penulis adalah Dosen Linguistik Forensik, Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa