SIAGAINDONESIA.ID Diskusi secara hybrid, yang digelar oleh Kementerian Kebudayaan RI pada Kamis (17/4/2025), dengan tema “Aksara Nusantara Menuju Nominasi Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO”, adalah upaya serius menominasikan Aksara Nusantara mendapat pengakuan Internasional Cultural Heritage (ICH) UNESCO. Pertemuan itu diikuti oleh para pegiat aksara Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia.
Dengan adanya pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Internasional Cultural Heritage (ICH) oleh UNESCO maka status itu menjadi dorongan untuk lebih menyelamatkan dan melindungi keberadaan aksara Nusantara, yang terus merangkak ke ambang kepunahan.
Pegiat aksara Nusantara di daerah masing masing menjadi garda dalam rangka perlindungan. Menurut pandangan komunitas Aksara Jawa di Surabaya, Puri Aksara Rajapatni, bahwa perlindungan itu bisa melalui gerakan masyarakat dan peraturan formal.
“Ada dua langkah strategis dalam upaya perlindungan aksara Jawa, khususnya di Surabaya. Kami semaksimal mungkin melakukan gerakan masyarakat secara praktis dan menginisiasi lahirnya Peraturan Daerah secara trategis”, jelas A. Hermas Thony, pembina Puri Aksara Rajapatni, yang juga mantan Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya periode 2019-2024.
Karenanya dua langkah ini sedang ditempuh oleh komunitas Aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni. Idealnya dua langkah ini harus jalan bersama.
“ Tidak usah saling menunggu. Yang bisa berjalan, jalan dulu”, tegas Thony.
Keduanya saling mendukung. Kapan pun Raperdanya jadi, secara praktis aksi nyata dalam upaya menjaga dan melindungi aksara Jawa memang berjalan.
Memeng, secara struktural formal aksi praktis masyarakat harus mengikuti aturan berdasarkan Peraturan Walikota (Perwali) sebagai turunan dari Perda. Aksi struktural yang bisa ter-guided adalah melalui dinas dinas terkait misalnya Dinas Pendidikan terkait dengan kurikulum sekolah, Dinas Perhubungan terkait dengan penggunaan aksara Jawa sebagai nama-nama jalan, Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya terkait dengan penamaan kawasan wisata dengan aksara Jawa. Masih ada dinas terkait lainnya yang memungkinkan digunakannya aksara Jawa sebagai signage.
Apa yang sedang dikonstruksi Surabaya ini adalah wujud dukungan terhadap upaya Kementerian Kebudayaan RI dalam mengusulkan aksara Nusantara memperoleh status WBTB atau ICH dari UNESCO seperti halnya Reog Ponorogo, Batik dan Kebaya.
Semuanya adalah identitas bangsa yang harus dikuatkan melalui lembaga lembaga internasional. Jangan sampai apa yang menjadi identitas bangsa malah dimiliki oleh bangsa lain.
Aksara Jawi (Arab Pegon) yang menjadi milik bangsa Indonesia malah sudah digunakan oleh Malaysia sebagai domain internet.
Menurut Heru Nugroho dalam acara diskusi pada Kamis (17/4/25) bahwa Aksara Jawi atau Arab Pegon telah digunakan sebagai domain internet di Malaysia. Sementara Indonesia sendiri, yang kaya akan Aksara Nusantara, belum menggunakan aksaranya menjadi domain internet.
Dengan demikian secara praktis bahwa Malaysia lebih dikenal memiliki Aksara Jawi (Arab Pegon) dari pada Jawa (Indonesia) sendiri.
Karenanya gerakan praktis oleh para pegiat Nusantara idealnya mendapat dukungan dari pemerintah agar apa yang menjadi gerakan budayanya bisa memberi sumbangsih terhadap perlindungan, penyelamatan dan pelestarian. Akan sangat bagus bila pelestarian itu bisa mensejahterakan masyarakat melalui industri industri kreatif ekonomis.
Di salah satu sudut Kota Lama Surabaya, ada warga yang telah memanfaatkan aksara Jawa sebagai ornamen merchandise. Aksara Jawa juga sudah menjadi bagian dari brand produk UMKM untuk minuman tradisional. Aksara Jawa bisa menjadi peluang ekonomi di tangan orang orang kreatif dan inovatif.@PAR/nng