Oleh: KH Luthfi Bashori
AYAH saya, KH Bashori Alwi dikenal sebagai pengurus NU, seorang guru master Alquran dengan METODE JIBRIL. Beliau juga dikenal sangat istiqamah merawat beberapa Majelis Ta’lim di masjid-masjid wilayah Malang & di wilayah Tapal Kuda secara rutin dan berkala, hingga akhir hayat. Beliau juga dikenal sebagai juri MTQ hingga tingkat internasional.
Sedangkan saya sendiri yang juga tercatat sebagai pengurus NU, lebih senang membahas materi Hadits Nabawi, dan pendapat ulama Salaf khususnya yang terkait bidang aqidah Aswaja, dan lebih tertarik dunia pergerakan Islam.
Praktisnya hanya sedikit Majelis Ta’lim rutinan yang saya rawat secara istiqamah, tidak seperti ayah, saya justru banyak menghindar dari pengajian rutin di satu tempat (di luar pesantren).
Saya lebih senang menerapkan konsep dakwah METODE ISRA’ dari masjid ke masjid di berbagai wilayah, di Jawa, luar Jawa hingga Malaysia, yang jadwalnya tidak mengikat.
Kata orang Jawa: ‘angel dicekel buntute’ (sulit dicari keberadaannya, karena sering berpindah-pindah).
Kawan pergerakan saya sangat banyak ragamnya dan variatif, dari kalangan NU struktur & kultural, Muhammadiyah, Ahlul Bait dari Habaib Ba’alawi, para Kyai Dzurriyah Walisongo, para muhibbin, Pengasuh pesantren, Alkhairiyah, Alwashliyah, Dewan Dakwah, Majelis Mujahidin, MUIMI, jama’ah masjid, jama’ah majelis ta’lim, dunia kampus, hingga masyarakat awwam pada umumnya.
Tapi figur qiblat & tauladan dakwah saya maupun ayah, tentu hanya satu, yaitu Rasulullah SAW. Demikianlah yang kami dapatkan ajaran dari para guru kami.
وَكُلُّـــــهُمْ مِنْ رَسُولِ اللهِ مُلْتَمِسٌ # غرْفًا مِنَ البَحْرِ أَوْ رَشْفًا مِنَ الدِّيَمِ
Mereka semua itu mengambil pelajaran dari Rasulullah SAW, baik segayung dari lautan atau segelas dari air hujan (ilmu dan keteladanan Rasulullah SAW).@
*) Pengasuh Pesantren Ribath Almurtadla & Pesantren Ilmu Alquran (Singosari-Malang)
Discussion about this post