SIAGAINDONESIA.ID – Kerutan wajah dan keriput kulit menjadi bukti kegigihan dan kerja keras dari sosok yang sangat luar biasa ini. Dialah, nenek Kholifah, perempuan berusia 63 tahun kelahiran kota Soto, Lamongan.
Nenek Kholifah termasuk perempuan hebat. Meski puluhan tahun hidup menjanda karena berpisah dengan suami, dia tak patah semangat. Dia terus berjuang dengan gigih agar bisa menafkahi anak semata wayangnya yang kala itu baru berusia 5 tahun.
Di tempatnya tinggal, di desa Pendowolimo Kecamatan Karangbinangun Lamongan, perempuan kelahiran 18 Agustus 1961 dikenal sebagai sosok yang tegas, dan bahkan cenderung keras. Mungkin, karena dia sudah banyak ditempa oleh keadaan sehingga membuat dirinya menjadi pribadi yang kuat.
Demi bisa mencukupi kehidupan, sehari-hari nenek Kholifah bekerja sebagai penjual ikan bakar setiap pagi di depan rumah. Selain itu, dia juga mempunyai sawah yang dikelola sendiri. Hebatnya, walaupun berjuang sendirian, nenek Kholifah mampu menyekolahkan anaknya hingga lulus kuliah dan menyandang gelar Sarjana Teknik.
“Cukup nenek saja yang hidup susah seperti ini, hanya tamatan SMP. Kelak anak dan cucuku harus bisa sampai kuliah di perguruan tinggi,” begitu nasehat sang nenek yang sangat menginspirasi.
Selain pekerja keras, nenek Kholifah memiliki kasih sayang yang besar, terutama pada sang cucu. Hal ini diakui oleh Dian Nur Cahyani. Sebagai cucu pertama dan selama bertahun-tahun tinggal bersama, Dian merasakan kasih sayang yang luar biasa dari sang nenek. “Beliau merawat dan membesarkanku. Sama dengan ayah, aku juga ditinggal ibu sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak,” terangnya.
Salah satu hal yang diingat Dian dari nenek Kholifah adalah saat tinggal di rumah sendiri, nenek selalu menuliskan pesan dalam secarik kertas yang diletakkan di atas seragam sekolah. Pesan itu berbunyi begini, “uang sakunya ada di dalam tas sekolah, jangan lupa sarapan ya nduk ayu, tidak usah mandi tapi harus sikat gigi ya.”
Di usia yang sudah tidak muda lagi, kini nenek Kholifah beralih sebagai tukang jahit. Dia memiliki keterampilan menjahit baju karena semasa muda pernah mengikuti kursus. “Kalau masih bisa bekerja meskipun hanya menjahit di rumah, kenapa tidak,” begitu kalimat yang meluncur dari sang nenek.
Menjahit seragam sekolah, kebaya, seragam keluarga, baju menjadi rutinitas sehari-hari nenek Kholifah saat ini. Kegigihan, kerja keras, dan kemandirian itu, tentu menjadi inspirasi yang sangat berarti, utamanya bagi Dian sebagai sang cucu.
“Nenek mengajariku banyak hal. Salah satunya agar senantiasa sabar dan senantiasa berusaha maksimal dalam setiap cobaan atau masalah yang dihadapi,” tegasnya.
Penulis: @Dian Nur Cahyani (Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNESA)
Editor: @Basyir Aidi