SIAGAINDONESIA.ID – Sejumlah mahasiswa asing Unesa, yang mengikuti Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembagian takjil dan buka bersama di halaman depan gerbang utama, Unesa Kampus 2 Lidah Wetan, Surabaya pada Kamis, 6 Maret 2025.
Keenam mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa S-1 dan S-2 Program Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Mereka berasal dari India, Malaysia, Filipina, Yaman, Uganda, dan Myanmar. Mereka bergantian membantu menyiapkan menu buka bersama.
Lu Min Khan, mahasiswa BIPA asal Myanmar mengaku senang berpartisipasi dalam kegiatan itu. Ia mengaku teringat pada tradisi serupa di negaranya.
“Bagi-bagi makanan seperti ini sangat bagus dan saya menyukainya, dan dalam agama saya, kami juga melakukan hal serupa di sekitar bulan Juli dan Agustus,” jelas Lu.
Wan Nur Hafizah binti Wan Mohammad Noor, mahasiswa S-2 asal Malaysia juga mengaku terkesan melihat antusiasme sivitas dan masyarakat yang ikut meramaikan acara buka bersama tersebut.
“Antrean pengambilan makanannya sangat panjang. Bagi saya itu hal yang baru dan acaranya sesuai ekspektasi, tidak hanya mahasiswa, semua orang bisa ambil makanan dengan gratis,” ucapnya.
Senada, Dianoray Decampong H. Omar, mahasiswa S-2 BIPA asal Filipina merasakan kesan serupa. Ia merasa senang melihat antusiasme pengunjung yang terus berdatangan.
“Berpartisipasi dalam kegiatan ini bukan hanya memberikan pengalaman yang baik, tapi juga bernilai pahala, sebab ini merupakan kebaikan antarsesama,” terangnya.
Ketua Program BIPA Unesa, Octo Dendy Andriyanto menjelaskan, selain mahasiswa program KNB, juga akan menyusul mahasiswa program darmasiswa dari Korea dan China.
Menurut Octo, keterlibatan mahasiswa asing dalam kegiatan tersebut, bertujuan agar bisa merasakan secara langsung tradisi khas Indonesia saat bulan Ramadan, yaitu buka bersama.
“Kegiatan bagi-bagi takjil ini kan merupakan representasi nilai-nilai sosial dan keberagaman agama di Indonesia, jadi akan menjadi pengalaman belajar yang tak ternilai,” bebernya.
“Mereka tidak hanya belajar bahasa Indonesia melalui buku atau di kelas perkuliahan, tetapi juga melalui interaksi langsung dengan masyarakat,” tambah dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) itu.
Melalui kegiatan ini, Octo berharap, mereka punya pengalaman akan toleransi dan pemahaman lintas budaya. @sir