SIAGAINDONESIA.ID Aturan penjualan solar bersubsidi oleh Kopelra yang dinilai ganjil oleh pemilik dan Nakhoda kapal menyebabkan banyak kapal pindah lokasi pembelian solar.
“Selisih harga solar tiga hingga empat ribu rupiah sangat memberatkan biaya operasional. Setelah berunding dengan Nakhoda, saya dan beberapa pemilik kapal sepakat pindah bungker”, ungkap salah seorang pemilik kapal yang tidak bersedia disebut namanya.
Di SPBB Kopelra, lanjutnya, memang tidak menjual solar industri tapi harganya solar subsidi yang dinaikkan. Perlu diketahui di Pelabuhan Gresik terdapat dua penyalur solar subsidi, SPBB Kopelra dan SPPB Sumber Mitra Kurnia Mandiri (SMKM) yang melayani kapal antarpulau ke Kalsel, Kalteng, Kaltim dan Kalbar.
Sementara itu, Bendahara Kopelra Gresik, Acok menjelaskan, penjualan solar tidak dibatasi, tetapi ditetapkan sesuai dengan kuota yg telah dirumuskan oleh BPH Migas.
Sedangkan Kapal, lanjutnya, melakukan Order melalui operator Kapal kepada sistem online yang ditetapkan oleh Pertamina.
“Jadi mengenai kuota yg disetujui, tidak ada hubungannya dengan Koperasi, koperasi hanya menyalurkan setelah di setujui oleh sistem, Koperasi hanya menjual minyak subsidi, dan tidak menjual solar industri”, pungkasnya.
Seperti diberitakan solar subsidi untuk -Kapal Rakyat (Pelra) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bersubsidi (SPBB) Gresik disinyalir sering diselewengkan. Akibatnya, harga solar subsidi menjadi mahal dan memberatkan operasional kapal Pelra. Padahal dari Pertamina pengelola SPBB atau operator SPBB seperti Kopelra mendapat insentif Rp 236 per liter dari hasil penjualan.
“Kita orang juga harus bayar ongkos angkut dari lokasi SPBB ke kapal Rp 250 per liter,” tukas salah seorang Nakhoda yang trayek kapalnya Gresik- Sampit PP. @team