Oleh: Isa Ansori
HAMPIR selama seminggu ini, sejak 22 januari 2024 sampai dengan 28 Januari, saya sempatkan untuk berkeliling melakukan sosialisasi tentang electoral capres Anies Baswedan dan cawapres Muhaimin Iskandar, Paslon nomor urut 1.
Berbagai kalangan saya temui, di pasar Bronggalan Surabaya dan pasar Pogot Surabaya, saya menjumpai banyak para pedagang yang mengeluh sepinya pembeli, karena mahalnya harga barang-barang kebutuhan pangan, hal yang sama saya juga bertemu dengan beberapa warga di Kampung Wonorejo, Kecamatan Tegalsari Surabaya.
Rata-rata mereka juga mengeluh tentang mahalnya harga kebutuhan pangan, terutama beras. Hampir dipastikan kenaikan harga beras jenis premium mengalami kenaikan 1000 rupiah per kilogram. Beras premium yang bisanya seharga 70. 000 per 5 kilogram, kini menjadi sekitar 78.000 per 5 kilogram ditingkat pengecer.
Berdasarkan data BPS, Kenaikan harga sembako menjadi salah satu permasalahan yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat ini.
Rata-rata kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako) di Indonesia pada Desember 2023 naik 3,57% dibandingkan dengan November 2023. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga, rata-rata harga sembilan bahan pokok (sembako) di Indonesia pada Januari 2024 naik 0,56% dibandingkan dengan Desember 2023. Kenaikan harga sembako ini lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada bulan Desember 2023 yang mencapai 3,57%.
Kenaikan harga barang kebutuhan itulah yang kemudian memicu terjadinya pragmatisme masyarakat menjelang pemilu yang akan dilaksanakan tanggal 14 Februari 2024. Dalam beberapa kesempatan saya menemui ibu-ibu dan kalangan muda pemilih pertama.
Hal yang saya temui adalah mereka melihat apa yang akan dilakukan oleh pasangan Amin ini bagus, mereka sepakat dengan mahalnya harga sembako itu harus diturunkan, itu artinya harus ada perubahan kebijakan dan salah satunya adalah perubahan kepemimpinan nasional. Namun sayangnya gagasan perubahan yang dianggap bagus itu tergerus oleh pragmatisme masyarakat yang menghadapi persoalan kebutuhan sehari hari, terutama kebutuhan membeli bahan pangan.
Kalangan menengah kebawah lebih memerlukan sesuatu yang bisa menyelesaikan persoalannya saat ini ketimbang hal-hal yang bersifat strategis dan kebijakan yang membutuhkan waktu agak panjang. Mereka sudah terlalu lama menderita akibat kebijakan pangan yang menyengsarakan.
Itulah yang membuat mereka banyak tergantung dengan bantuan-bantuan dan pemberian-pemberian yang bersifat langsung dan mereka menjadi transaksional.
BLT dan Bansos serta politik uang, pemberian langsung uang kepada mereka yang besarannya 100 ribu rupiah, merupakan sebuah karunia yang sangat berarti, apalagi di kalangan pemula, besaran uang itu terasa sangat membantu mereka untuk kebutuhan belajarnya, setidaknya bisa membeli pulsa untuk kebutuhan komunikasi dan belajarnya.
Di Surabaya di kampung yang saya sebutkan diatas, para timses capres dan cawapres dukungan istana dan para caleg mereka bergantian datang seolah sebagai sinterklas membawa uang dan sembako dengan syarat yang sudah ditentukan agar memilihnya dan capres dukungannya. Sebuah strategi pragmatis namun tepat sasaran, meski itu akan merusak sendi sendi demokrasi.
Bagi mereka itu tak penting, yang terpenting mereka bisa mendapatkan kekuasaan, sedang bagi masyarakat setidaknya bisa menjadi obat pereda sesaat kegetiran hidup. Dalam benak masyarakat kecil, masih ada pendapat bahwa siapapun presidennya ya mereka tetap seperti ini.
Serbuan tagline perubahan yang dipasang para relawan Amin yang antara lain perubahan itu adalah harga sembako murah, perubahan itu mendapatkan jaminan pekerjaan, perubahan itu akses pendidikan gratis dan berkualitas, perubahan itu subsisdi pupuk murah dan hal-hal lain yang bertujuan masyarakat kelak, bertarung dan dihadapkan pada pragmatisme penyelesaian kebutuhan saat ini. Sehingga dibutuhkan energi lebih untuk membangun kesadaran masyarakat.
Gerakan pasar murah dan operasi pasar yang dilakukan oleh relawan dan pendudkung Amin, layanan kesehatan gratis, bantuan penyelesaian kebutuhan belajar dan hal-hal lain yang bersifat saat ini dan langsung menjadi sesuatu yang penting untuk mengerem laju prgmatisme yang ada.
Menjelang 14 hari pelaksanaan pilpres ini, perlu juga dipikirkan oleh para pejuang perubahan melakukan hal-hal taktis untuk kebutuhan strategis mengusung perubahan. Pasangan Anies dan Muhaimin adalah pasangan yang diharapkan mampu membawa perubahan-perubahan menuju masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Tapi bila tidak ditunjang oleh kemampuan pendudkung dan relawan dalam melihat situasi lapangan, akan sangat merugikan gerakan perubahan ini.
Gerakan dan aksi merawat akal sehat masyarakat berupa meredam sikap transaksional dan pemenuhan kebutuhan sesaat yang berdampak menyengsarakan yang sudah hampir 10 tahun ini terjadi jangan sampai berlanjut.
Rakyat hanya akan jadi komoditas perahan kekuasaan dan kasat mata terjadi demi menutupi pembiayaan kereta cepat China, maka pemerintah akan menaikkan pajak kendaraan bermotor, sebuah kebijakan yang tak berpihak, sebuah kebijakan yang menyengsarakan rakyat kecil. Rakyat kecil mensubsidi orang kaya. Pengendara sepeda motor tak akan bisa menikmati layanan kereta cepat China yang biayanya selangit, tapi dipaksa untuk membantu dengan kebijakan menaikkan pajak kendaraan bermotor roda dua.
Gerakan massif kelapangan, ke simpul-simpul kantong masyarakat menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh para relawan, pendukung perubahan, gerakan itu tak cukup hanya dengan penyadaran tapi juga disertai dengan kemmapuan memenuhi kebutuhan sesaat mereka.
Gerakan-gerakan yang bersifat elektoral dan langsung menyentuh apa yang menjadi kebutuhan masyarakat harus semakin gencar dilakukan. Desak Anies dan Slepet Cak Imin adalah contoh konkrit tarakan elektoral. Kadang menyasar millenial dan mahasiswa, kadang menyasar buruh dan pekerja perempuan,ojol, tenaga kesehatan, guru, petani dan lain lain yang bersifat kelompok kebutuhan.
Relawan Amin dan pendukung bisa menjadikan Desak Anies dan Slepet Cak Imin sebagai contoh yang bisa diduplikasi dalam bentuk lain.
Desak Anies dan Slepet Cak Imin menjadi strategi membangun kesadaran masyarakat agar memahami kebutuhan jangka panjangnya terhadap diri, bangsa dan negara, masyarakat bisa secara langsung menyampaikan persoalannya dan harapannya bila kelak pasangan ini menjadi presiden dan wakil presiden 2024.
Strategi ini terbukti sangat ampuh secara elektoral membangun kesadaran untuk melawan pragmatisme yang dibangun oleh istana dan paslon dukungannya. Inilah yang kemudian menjadikan istana marah marah dan membabi buta menjalankan misi mempertahankan kekuasaannya. Strategi ini mampu membuat istana gusar, cemas dan kabarnya istana mulai lemah dan menyerah dengan mendekati tokoh sentral dari paslon 1.
Ibarat permainan catur indikator lemahnya kekuasaan itu bila raja bergerak terus menerus. Seharusnya bila raja kuat yang bergerak hanya pion atau paling tidak perdana menteri yang melindungi. Namun ini sang raja yang bergerak kesana kemari. Raja ingin menyelamatkan diri dari skak mat lawan.
Kita tunggu bagaimana cerita akhir sang raja. Bagi pendukung perubahan setidaknya bergeraknya raja yang terus menerus ini menjadi sinyal kemenangan. Desak terus mas Anies, Slepet terus cak Imin, agar raja segera menyerah.
Kini seharusnya menjadi renungan bersama bahwa kemenangan itu sudah dekat Mari kita jaga, mari kita rawat jalan menujunya dengan langkah-langkah aksi yang langsung mengena pada relung hati masyarakat. Semoga! @
*) Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
Discussion about this post