Oleh: M. Isa Ansori
JAGAD media sosial di WAG beberapa komunitas di Surabaya membincang himbauan Walikota Surabaya, Eri Cahyadi agar kita semua sebagai warga kota bisa saling membantu dan bergotong royong menolong sesama warga kota yang mengalami kesusahan dan kekurangan. Pernyataan ini menjadi tepat karena disampaikan di Bulan Ramadhan, saat menjalankan ibadah puasa yang mengajarkan kita untuk bisa berempati kepada sesama, terutama mereka yang mengalami kekurangan.
Pernyataan ini adalah pernyataan biasa dan sudah seharusnya, karena dalam ajaran agama apapun Kemiskinan adalah tantangan besar yang dihadapi oleh setiap kota, termasuk Surabaya. Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa percepatan pengentasan kemiskinan tidak bisa hanya menjadi tugas pemerintah semata. Dibutuhkan gotong-royong dan partisipasi masyarakat sebagai solusi bersama. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, tetapi mencerminkan kearifan lokal yang sudah mengakar dalam masyarakat Surabaya.
Gotong-royong sebagai Warisan Budaya Surabaya
Surabaya memiliki sejarah panjang dalam hal gotong-royong. Di masa perjuangan, arek-arek Suroboyo bahu-membahu mengusir penjajah dalam pertempuran 10 November 1945. Semangat ini tidak hanya hidup dalam perlawanan fisik, tetapi juga dalam kehidupan sosial masyarakat Surabaya yang dikenal dengan kepedulian dan solidaritasnya yang tinggi.
Tradisi gotong-royong dalam kehidupan sehari-hari masih terlihat dalam berbagai bentuk. Misalnya, ketika ada warga yang tertimpa musibah, tetangga sekitar secara spontan membantu tanpa menunggu perintah. Kegiatan seperti kerja bakti membersihkan kampung, membangun rumah warga yang kurang mampu, atau membantu pedagang kecil yang usahanya terpuruk adalah wujud nyata kepedulian warga Surabaya.
Semangat ini bukan hanya soal kebersamaan, tetapi juga merupakan bentuk dari implementasi ajaran agama yang mengajarkan kepedulian terhadap sesama. Dalam Islam, gotong-royong sejalan dengan konsep ta’awun (tolong-menolong dalam kebaikan), sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Dengan kata lain, gotong-royong bukan hanya nilai budaya, tetapi juga bagian dari nilai-nilai spiritual yang dianut oleh masyarakat Surabaya.
Tradisi gotong royong dan kebersamaan dalam membantu warga Surabaya telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam bentuk sumbangan masyarakat Baznas Surabaya yang erasal dari kalangan muslim dan Bangga Surabaya yang dihimpun dari warga kota non muslim. Dana yang dihimpun tersebut kemudian digunakan untuk membantu masyarakat kota yang berkekurangan, misalkan dalam bentuk tebus ijazah maupun program lain semacam bea siswa bagi keluarga miskin.
Pengentasan Kemiskinan Harus Melibatkan Masyarakat
Kemiskinan tidak hanya soal keterbatasan ekonomi, tetapi juga tentang akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan untuk berkembang. Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan berbagai upaya, mulai dari memberikan bantuan sosial, pelatihan keterampilan, hingga program UMKM. Namun, jika hanya mengandalkan pemerintah, upaya ini akan berjalan lambat.
Di sinilah peran partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Ada banyak cara masyarakat dapat terlibat dalam pengentasan kemiskinan lewat penghimpunan dana yang dilakukan, diantaranya :
1. Membantu dalam Pendidikan Anak Kurang Mampu
Masyarakat bisa berkontribusi dengan memberikan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga miskin atau menjadi relawan yang mengajar di komunitas. Program seperti kampung literasi yang ada di beberapa RW di Surabaya adalah contoh nyata bagaimana warga bisa berperan aktif dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak yang kurang mampu.
2. Mendukung UMKM dan Produk Lokal
Membeli produk dari pedagang kecil atau UMKM di lingkungan sekitar adalah bentuk konkret gotong-royong ekonomi. Alih-alih membeli dari korporasi besar, warga bisa membantu sesama dengan memilih produk lokal, sehingga roda perekonomian masyarakat kecil tetap berputar.
3. Menggalang Dana dan Bantuan Sosial
Banyak komunitas di Surabaya yang secara sukarela mengumpulkan dana untuk membantu warga kurang mampu, baik untuk biaya kesehatan, pendidikan, maupun kebutuhan sehari-hari. Gerakan-gerakan ini membuktikan bahwa masyarakat Surabaya masih memegang teguh prinsip gotong-royong dalam kehidupan modern.
4. Menjadi Relawan dalam Program Pemerintah
Pemerintah sering mengadakan berbagai program sosial, seperti bedah rumah, pembinaan UMKM, atau pemberian bantuan pendidikan. Dengan menjadi relawan atau mitra dalam program ini, warga bisa turut berperan dalam pengentasan kemiskinan secara lebih terstruktur.
Memperkuat Semangat Gotong-royong sebagai Solusi Berkelanjutan
Gotong-royong bukan hanya sekadar aksi sesaat, tetapi harus menjadi gerakan berkelanjutan. Salah satu cara untuk menjaga semangat ini tetap hidup adalah dengan memperkuat nilai-nilai sosial di lingkungan keluarga dan komunitas.
Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan kepedulian sosial kepada anak-anaknya sejak dini. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan kepedulian terhadap sesama akan menjadi individu yang lebih empati dan siap membantu orang lain.
Selain itu, lembaga pendidikan juga harus berperan aktif dalam membangun kesadaran sosial pada generasi muda. Program sekolah yang melibatkan siswa dalam kegiatan sosial, seperti bakti sosial, pengabdian masyarakat, atau mentoring bagi anak-anak kurang mampu, bisa menjadi cara efektif untuk membentuk karakter yang peduli terhadap sesama.
Di tingkat komunitas, RW dan kelurahan bisa terus menginisiasi program-program berbasis gotong-royong. Misalnya, setiap kampung memiliki sistem bank sampah yang hasilnya digunakan untuk membantu warga kurang mampu, atau koperasi gotong-royong yang bisa menjadi solusi ekonomi berbasis komunitas.
Ayo Bergotong Royong Untuk Sesama
Gotong-royong adalah kekuatan masyarakat Surabaya yang harus terus dijaga dan dikembangkan. Apa yang disampaikan oleh Walikota Eri Cahyadi bukan sekadar ajakan, tetapi sebuah panggilan untuk kembali kepada jati diri kita sebagai warga Surabaya yang dikenal dengan kepedulian dan kebersamaannya.
Pengentasan kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam berbagai program sosial dan ekonomi, percepatan pengentasan kemiskinan bisa lebih efektif dan berkelanjutan.
Gotong-royong bukan hanya bagian dari budaya, tetapi juga implementasi dari ajaran agama yang mengajarkan kepedulian terhadap sesama. Dengan semangat ini, Surabaya bisa menjadi kota yang semakin maju, sejahtera, dan tetap mempertahankan nilai-nilai sosial yang menjadi warisannya.
Mari kita bergerak bersama, saling membantu, dan menjadikan gotong-royong sebagai solusi nyata dalam membangun Surabaya yang lebih baik.@
*) Kolumnis dan Pengajar Psikologi Komunikasi, Pengurus Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Surabaya