Refleksi Atas Sepakbola, Nasionalisme Dan Luka Kita

Refleksi Atas Sepakbola, Nasionalisme Dan Luka Kita

Juni 7, 2025
Jakarta Menuju Abad Samudera

Pemerintah Perlu Memikirkan Jutaan Orang Kota Yang Tinggal Di Kontrakan Sempit

Juni 7, 2025
Pangdivif 2 Kostrad Sambut Kedatangan Satgas Yonif 501, Kembali Membawa Prestasi

Pangdivif 2 Kostrad Sambut Kedatangan Satgas Yonif 501, Kembali Membawa Prestasi

Juni 6, 2025
Refleksi Atas Sepakbola, Nasionalisme Dan Luka Kita
Opini

Refleksi Atas Sepakbola, Nasionalisme Dan Luka Kita

by redaksi
Juni 7, 2025
0
1.4k

Oleh: Radhar Tribaskoro SEPAK bola, seperti hujan pertama setelah kemarau, tiba-tiba membasahi tanah kering nasionalisme kita. Saat Timnas Indonesia memastikan...

Read moreDetails
Jakarta Menuju Abad Samudera

Pemerintah Perlu Memikirkan Jutaan Orang Kota Yang Tinggal Di Kontrakan Sempit

Juni 7, 2025
1.4k
Pangdivif 2 Kostrad Sambut Kedatangan Satgas Yonif 501, Kembali Membawa Prestasi

Pangdivif 2 Kostrad Sambut Kedatangan Satgas Yonif 501, Kembali Membawa Prestasi

Juni 6, 2025
1.4k

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
Sabtu, Juni 7, 2025
SIAGA INDONESIA NEWS
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast
No Result
View All Result
SIAGA INDONESIA NEWS
No Result
View All Result
Home Opini

Tokoh Nyeleneh dan Menentang Syariat Bukan Panutan 

by redaksi
April 15, 2025
Reading Time: 3 mins read
A A
Ayah Ikut Buyut, Saya Ikut Kakek

KH Luthfi Bashori ziarah ke makam buyutnya Kyai Murtadla bin Abdurrahim. Foto: dok pribadi

494
SHARES
1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: KH Luthfi Bashori

KEWASPADAAN umat, khususnya akhir-akhir ini, perlu ditingkatkan secara terus menerus, terutama di kalangan masyarakat awam yang banyak menjadi korban, karena ketidakmengertian di bidang ilmu agama.

Seringkali kita dengar adanya penipuan berkedok agama oleh tokoh agama. Tentunya tokoh agama yg dimaksud di sini adalah oknum yang tidak bertanggung jawab.

Maka ekses yang ditimbulkan, adakalanya munculnya aliran baru dengan ajaran yang sebelumnya tidak pernah didengar sama sekali, bahkan sangat berbeda dengan apa yang umumnya dipahami oleh masyarakat.

Tidak jarang pula sang oknum secara vulgar mentahbiskan diri sebagai figur seorang Ulama dengan segudang predikat, semisal Kiai, Gus, Lora, Buya, Abati, Habib, Tuan Guru, Ajengan, Ustadz, dll.

Padahal dirinya tidak mengerti Alif Bengkok (sebuah istilah yang sering digunakan oleh kalangan pondok pesantren sebagai simbul pintar mengaji).

Sesungguhnya, predikat keulamaan tersebut, pada hakikatnya bukanlah hasil rekayasa sebuah lembaga resmi pemerintahan maupun lembaga pendidikan. Bahkan pondok pesantren sekalipun, tidak bisa secara serta merta menjamin seluruh alumninya menjadi ulama panutan umat.

Karena pemberian predikat ini menjadi hak prerogatif Allah, selaku penentu tunggal bagi nasib dan kodrat hamba ciptaan-Nya.

Yang mana pemberian gelar itu dilewatkan kesepakatan masyarakat yang tidak dapat diganggu gugat.

Sering terjadi fenomena di antara para ulama, ternyata mereka tidak tahu dengan pasti, mulai kapan dirinya dipanggil dengan sebutan Kiai, atau Gus, atau Ustadz, dll, oleh masyarakat.

Namun ada pula di kalangan ulama yang lebih senang dipanggil dengan sebutan yang umum dipergunakan oleh sesepuh masyarakat seperti panggilan Mbah, Pak, Mas, Kang, Bang, dll. Padahal eksistensi mereka sebagai ulama tidak perlu diragukan.

Realita ini sangat kontradiksi dengan perilaku Sang Oknum pengguna gelar karbitan, yang tidak jarang dalam praktek ritualnya sengaja menggaet masyarakat kelas bawah, menengah, bahkan kalangan atas, dengan kemahirannya berdiplomasi dan tutur bahasa yang menarik disertai bumbu-bumbu tertentu untuk menundukkan calon `mangsa`nya.

Biasanya ritual yang diperagakan, tiada lain hanyalah sebagai kedok untuk memuluskan ambisi pribadinya. Bisa jadi mencari uang, fasilitas, ketenaran atau kedudukan.

Runyamnya, banyak masyarakat awam terperdaya, hanya karena melihat penampilan, gaya tutur kata, keberaniannya saat mendekati calon mangsa, atau terkadang masyarakat hanya sekedar melihat garis keturunan, tanpa mau menyeleksi secara jeli, benar, dan mendasar tentang hakikat keilmuan dan akhlaq keulamaan Sang Oknum.

Dengan adanya figur oknum semacam ini, maka seringkali institusi Ulama berpredikat Kiai, Gus, Lora, Buya, Habib, Tuan Guru, Ustadz dan semisalnya, yang benar-benar original sesuai dengan rukun dan syarat -nya, akan menjadi tercemari.

Hal ini karena masyarakat awam, kadangkala menggebyah uyah atau menyamaratakan saat menghukumi pelanggaran etika yang dilakukan oleh Sang Oknum.

Contoh kongkrit, dulu ada seorang mantan petinju, yang badannya dibalut dengan tato, serta memelihara anjing Herder, tiba-tiba mentahbiskan diri sebagai Kiai atau Gus. Bahkan karena suatu sebab, keberadaannya difollow up oleh media.

Oknum ini mengajarkan ritual ‘nyelenehnya’ yaitu mengajak para pengikutnya untuk shalat berjamaah dengan menggunakan dwi bahasa.

Padahal jika ditilik dengan seksama, maka background hidupnya sangat bertentangan dengan rukun dan syarat menjadi figur seorang ulama panutan.

Belum lagi yang lagi marak di medsos, adanya oknum dari anak-anak muda, entah itu dari kalangan ustadz, lora, gus, yek, terutama yang sedang naik daun di dunia medsos, namun perilakunya tidak dapat menjaga akhlaq dan adab sopan santunnya terhadap orang-orang shalih yang jauh lebih sepuh daripadanya. Tentu yang seperti ini sangat memprihatinkan.

Contoh lain adalah adanya sekelompok oknum yang berpemikiran liberal. Mereka menerjemahkan ajaran agama disesuaikan keinginan hawa nafsunya. Sebagai contoh, mereka menganggap khamer atau minuman keras itu halal, jika saat meminumnya tidak sampai mabuk.

Atau yang saat ini marak dan digemari kalangan awwam, adalah oknum-oknum yang menampakkan dirinya sebagai wali kekasih Allah, entah itu wali abdal, wali autad atau wali Ghouts, bahkan ada yg mengaku sebagai Imam Mahdi.

Padahal perilakunya bertentangan dengan ajaran Alquran, Hadits Nabi, ajaran para Ulama Salaf Aswaja.

Disinilah para Ulama yang benar-benar waratsatul anbiya (pewaris para Nabi), harus berani dengan tegas menerangkan kepada umat, bahwa tidak semua orang yang di`predikat`kan sebagai Kiai, Gus, Lora, Buya, Abati, Habib, Ustadz, dll harus diikuti dengan membabi buta.

Tetapi hendaklah umat Islam cerdas membaca, manakala ada oknum berpredikat Kiai, Gus, Lora, Buya, Habib, Ustadz dll, tetapi mengajarkan ilmu yg bertentangan dengan Alquran dan Hadits, serta ajaran para Ulama Salaf Aswaja, maka umat harus meninggalkannya, bahkan wajib ikut memerangi aqidah dan perilaku sesatnya. Wallahu a’lam.@

*) Pengasuh Pesantren Ribath Almurtadla & Pesantren Ilmu Alquran (Singosari-Malang)

Share198Tweet124
Previous Post

Dana Buruh Tangan Negara 776, 8 Triliun Rupiah, Tidak Mungkin Buruh Tidak Punya Rumah

Next Post

Bank DKI Jangan Hanya Ganti Nama, Lebih Baik Ganti Komisaris dan Direksinya

Berita Terkait

Refleksi Atas Sepakbola, Nasionalisme Dan Luka Kita

Refleksi Atas Sepakbola, Nasionalisme Dan Luka Kita

by redaksi
Juni 7, 2025
0
1.4k

...

Jakarta Menuju Abad Samudera

Pemerintah Perlu Memikirkan Jutaan Orang Kota Yang Tinggal Di Kontrakan Sempit

by redaksi
Juni 7, 2025
0
1.4k

...

Pangdivif 2 Kostrad Sambut Kedatangan Satgas Yonif 501, Kembali Membawa Prestasi

Pangdivif 2 Kostrad Sambut Kedatangan Satgas Yonif 501, Kembali Membawa Prestasi

by wiwin boncel
Juni 6, 2025
0
1.4k

...

Next Post
Bank DKI Jangan Hanya Ganti Nama, Lebih Baik Ganti Komisaris dan Direksinya

Bank DKI Jangan Hanya Ganti Nama, Lebih Baik Ganti Komisaris dan Direksinya

Discussion about this post

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
  • Disclaimer
  • Indeks
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.