Oleh: Acek Kusuma
Sejak dulu Kota Surabaya memang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Banyak fenomena ketimpangan dalam berbagai aspek dan lini. Semenjak Tri Rismaharini tidak lagi memimpin Kota Surabaya. Coba kita lihat dari tiga aspek. Ada tiga indikator Keberhasilan sebuah daerah, antara lain:
1. Indeks Komposit Sosial (IKS)
2. Indeks Komposit Lingkungan (IKL)
3. Indeks Komposit Pendidikan (IKP)
Nomor 1 dan 2 saya rasa perlu dianalisa dengan jelas di depan mata bahwa itu bagian catatan buruk Pemerintah Kota Surabaya. Diantaranya marak begal, korban yang sekarang bukan pertama kalinya tapi kesekian kalinya. Yang kemaren adek saya sendiri meninggal pada saat dirampok di waktu subuh oleh kawanan perampok saat mengantarkan ibunya ke pasar dan anak tercatat mahasiswi UIN Surabaya.
Pertanyaannya adalah kemana smua aktivis, LSM serta Ormas di Surabaya? Apa hanya sekedar girang dan latah foto-foto dengan Walikota? Dan juga selebrasi sana sini? Kepuasan itu tidak bisa dijadikan tolok ukur. Kalau kemudian ini terjadi setiap momentum maka Surabaya selamanya tidak akan berubah.
Saya melihat “gent perlawanan” di tubuh para aktivis dan Lembaga Swadaya Masyarakat mulai menyala. Ayo tunjukkan kita tidak boleh hanya sekedar memikirkan keluarga kita sendiri, namaun kita harus memikirkan Kota Metropolitan ke dua setelah Jakarta ini.
Kalau mau jujur, sebenarnya saya malu bicara begini karena saya bukan siapa-siapa. Mungkin tidak akan sedikit yang mencibir dan mencelanya, akan tetapi mau bagaimana lagi ini lah kenyataan dan potret Kota Surabaya.
alo.. hendak ditutup-tutupi dengan cara apapun, tetap akan tercium, “Laksana Bangkai busuk akan tercium juga baunya”.
Acek Kusuma,
Ketua Umum Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Peduli Jawa Timur (APMP Jatim)
Ketua Harian Ikatan Persatuan Putra Madura (IPPAMA)
Discussion about this post