SIAGAINDONESIA.ID Kelas Sinau Aksara Jawa kali ini, Sabtu (3/8/2024), berjalan unik dan menarik. Belajar Aksara Jawa zaman sekarang memang hendaknya berjalan menyenangkan dan menghibur. Apalagi kelas ini adalah kelas tidak formal.
Kelas aksara Jawa, yang dilabeli Sinau Aksara Jawa ini, adalah kelas yang diampu oleh komunitas aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni. Kelas ini rutin diadakan di Museum Pendidikan Surabaya setiap Sabtu dengan harapan bisa membantu mendekatkan para pembelajar dengan khazanah koleksi museum, khususnya artefak manuskrip beraksara Jawa.
Suasana belajar yang nyaman dan vintage. Foto: nanangKelas ini adalah kelas Rombel ke IV dimana pesertanya adalah pelajar SMK di Surabaya dan dari Bangkalan Madura. Hal menarik dalam kelas ini adalah dimana sebagian pesertanya adalah anak Madura. Sementara pengajarnya dalam keseharian berbahasa Inggris. Instruksional materi ajar berbahasa Inggris dangan pokok bahasan aksara Jawa.
Campur campur memang tapi kegiatan belajar aksara Jawa dapat berjalan lancar dan menyenangkan.
Berdiskusi transliterasi aksara Jawa berbahasa Madura. Pengajar Ashikul berdiskusi dengan peserta dari Madura. Foto: nanangDiskusi diantara teman sebangku, bangku ꦏꦸꦤ kuno yang ada di dalam ruang belajar, menggunakan murni bahasa Madura. Mereka mendiskusikan materi aksara Jawa yang sedang mereka kerjakan.
Sementara sang guru, Ita Surojoyo, nimbrung untuk meyakinkan jalannya kegiatan.
Ita menggunakan bahasa Inggris. Peserta menggunakan bahasa Madura. Peserta ajar (murid) dan pengajar (guru) saling memandang dan tertawa karena tidak saling mengerti bahasa yang digunakan. Tetapi mereka bisa menyatu pada pokok persoalan ketika mengacu pada aksara Jawa.
Naskah Kuna Pyatoran, berbahasa Madura, beraksara Jawa. Foto: dok PARLebih menarik lagi bahwa lembar ajar adalah kutipan sebuah naskah kuno atau manuskrip Babad Songenep, yang beraksara Jawa dan berbahasa Madura.
“Kaula sengarang babad songenep paneka ekaduwa isareng Radin Sastrawijaya”.
Saya yang mengarang Babad Sumenep ini berdua bersama Raden Sastrawijaya.
Murid, Ahmad Amroyni dan Moh Rifky dari SMKN 2 Bangkalan, mentransliterasi satu Kalimat dari kutipan Babad Songenep itu. Rifky mengatakan bahwa bahasa Madura yang digunakan dalam naskah itu adalah bahasa Madura yang halus yang biasanya digunakan di lingkungan Keraton Sumenep Madura.

Apa yang diinformasikan Rifky ini memang sesuai dengan isi kutipan naskah, pyatoran.

Suasana belajar ini memang sangat menarik. Murid pakai bahasa Madura. Guru pakai bahasa Inggris. Materi ajarnya Aksara Jawa. Sementara Ita Surojoyo berbalut kebaya Jawa, yang dipadu ruang kelas heritage dan berbangku vintage.@PAR/nng