Oleh: KH Luthfi Bashori
DI saat saya sekolah sekitar kelas 3 SD, saya teringat masih sempat mendapati dan mengetahui kakek saya, Kyai Alwi sebelum beliau wafat. Jadi saya masih bisa mengingat dan membayangkan bagaimana wajah beliau saat itu.
Tubuhnya terkesan agak gemuk berisi, dan agak pendek tapi bukan tambun. Bahkan saya masih ingat juga, beliau pernah memelihara hewan kesayangan, yaitu semut Jepang di dalam toples kaca.
Saya tidak tahu apa fungsi semut Jepang itu, dan dari mana beliau mendapatkannya? Namun seingat saya, bentuk semut Jepang itu sangat berbeda dengan semut-semut yang ada di sekeliling kita pada umumnya.
Semut Jepang milik Kyai Alwi itu hidupnya di sela-sela kapas yang disimpan di dalam toples kaca. Dulu, saya dan saudara-saudara saya sering diajak melihatnya oleh Kyai Alwi dengan membuka tutup toples tersebut, tapi tidak boleh menyentuhnya.
Di samping itu, Kyai Alwi juga memelihara ayam kampung, yang dibuatkan kandang besar, di pekarangan atau kebun belakang rumah beliau.
Kyai Alwi juga gemar menanam seperti pohon mangga, pisang, sirsak, belimbing, dan sebagainya.
Menurut kisah keluarga, Kyai Alwi juga terkenal sebagai ahli menyembuhkan orang yang sakit gigi, dan kalau sudah diobati oleh Kyai Alwi maka insyaallah tidak akan kambuh lagi.
Di antara buktinya adalah yang dialami oleh nenek saya dari ibu, atau besan Kyai Alwi sendiri, yaitu Mbah Khofsah (ibu mertua dari Ayahanda KH. Basori Alwi), yang sudah tidak pernah sakit gigi lagi setelah diobati secara tradisional oleh Kyai Alwi.
Mengenai asal usul Kyai Alwi, beliau itu adalah keturunan Madura. Ada kisah yang menarik, sebagaimana yang diceritakan oleh bibi saya, Bude Saudah putri dari Nyai Maslihah Murtadla):
Suatu saat ada rombongan tamu dari Madura yang akan minta tolong kepada Kyai Alwi. Singkat cerita, agar semakin akrab dengan tamu, saat itu Kyai Alwi menyampaikan kepada mereka, bahwa beliau itu keturunan Adipati Omben Sampang Madura.
Setelah mendengar pengakuan Kyai Alwi itu, ternyata rombongan tersebut malah turun dari kursi dan duduk di lantai, bahkan saat pulang, mereka merangkak mundur hingga sampai di luar pintu rumah Kyai Alwi.
Belakangan baru diketahui bahwa pendahulu Kyai Alwi yang dimaksud itu bernama Bujuk Rokem, Datuk Husein Adipati Omben, Sampang Madura. Tentang figur Datuk Husein Adipati Omben ini sudah ada datanya di beberapa akun di google.
Adipati Omben itu pun, menurut data sejarah, aslinya adalah keturunan tokoh di Gresik Jawa Timur. Jadi, ternyata keluarga saya itu aslinya dari pulau Jawa, menuju ke pulau Madura, kemudian kembali lagi ke pulau Jawa.
Kyai Alwi adalah termasuk pengurus NU jaman dulu yang aktif. Di arena politik, Kyai Alwi menjadi anggota Majelis Konstituante RI. Konstituante adalah lembaga yang ditugaskan untuk membentuk Undang Undang Dasar baru menggantikan UUDS tahun 1950. Kyai Alwi duduk sebagai anggota konstituante perwakilan NU Jawa Timur.
Di dalam sidang-sidang Konstituante itu, Kyai Alwi sangat aktif memberikan masukan dan pendapatnya, dan banyak yang digunakan oleh lembaga Konstituante. Kesaksian ini disampaikan oleh Kyai Jamaludin Makassar sekitar tahun 1998.
Tatkala saya temui Kyai Jamaluddin di rumah beliau di Makassar, yang mana saat itu saya sedang safar bersama Alm. KH. Yusuf Hasyim dan Alm. Gus Sholahuddin Wahid, Tebuireng, maka Kyai Jamaluddin banyak bercerita kepada saya tentang perjuangan Kyai Alwi yang kebetulan sebagai seniornya di lembaga Konstituante.
Kata Kyai Jamaluddin, bahwa Kyai Alwi itu dikenal sangat berani untuk menyampaikan yang hak, sikapnya tegas walaupun cara penyampaiannya terhitung kalem, namun selalu pegang prisip yang sesuai aturan Syariat.
Jadi, keahlian kakek saya Kyai Alwi, di samping mendalami ilmu pengobatan, beliau juga ahli ilmu kanuragan yang sangat dibutuhkan di jaman tersebut, sekaligus ahli politik ke-NU-an.
Namun yang tidak boleh dilupakan, bahwa Kyai Alwi juga membuka majelis ta’lim dengan membaca kitab Salaf di rumahnya, yang mana rumah tersebut akhirnya menjadi cikal bakal Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari Malang.@
*) Pengasuh Pesantren Ribath Almurtadla & Pesantren Ilmu Alquran (Singosari-Malang)
Discussion about this post