Oleh: Agustina Engry
BELAKANGAN ini terjadi beberapa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa yang berlangsung dalam kurun waktu berdekatan. Menurut data WHO, setiap tahun terdapat 726.000 orang meninggal akibat bunuh diri di seluruh dunia.
Di Indonesia, kasus bunuh diri meningkat signifikan hingga 60% dalam lima tahun terakhir. Pusat Informasi Kriminal Nasional Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI mencatat di tahun 2020, terdapat 640 kasus bunuh diri; tahun 2021, jumlah kasus bunuh diri menurun menjadi 629 kasus; namun pada tahun 2022, kasus bunuh diri bertambah menjadi 887 kasus; di tahun 2023, kasus bunuh diri meningkat sampai 1.288 kasus; dan di sepanjang tahun 2024 (data dari Januari-13 Desember 2024), tercatat ada 1036 kasus bunuh diri.
Data WHO menunjukkan bahwa bunuh diri terjadi sepanjang rentang kehidupan dan menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia bagi kelompok usia 15-29 tahun pada tahun 2021.
Dari rentang usia ini, Generasi Z (Gen Z) menjadi golongan yang paling berisiko terhadap kasus bunuh diri. Dengan kemudahan akses dan banyaknya informasi yang diperoleh, Gen Z merasa kesehatan mental diri mereka menjadi mudah terpengaruh oleh kejadian-kejadian yang terjadi di dunia.
Hal ini tidak dapat dipungkiri, mengingat Gen Z adalah generasi yang peka terhadap isu-isu sosial. Keadaan ini yang membuat Gen Z rentan mengalami permasalahan kesehatan mental seperti kesepian, stres dan depresi.
Karakteristik Gen Z yang memiliki akses informasi yang luas juga dapat dijadikan kekuatan dalam mencegah bunuh diri. Salah satu edukasi pencegahan bunuh diri yang disarankan adalah membuat Suicide Safety Plan atau Rencana Keselamatan untuk Pencegahan Bunuh Diri.
Rencana keselamatan merupakan panduan tertulis yang dapat membantu seseorang untuk tetap aman ketika memiliki pemikiran bunuh diri. Rencana keselamatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda peringatan, menenangkan diri, mencari dukungan dan sumber daya darurat yang dapat mereka miliki di saat krisis. Rencana keselamatan ini perlu disusun bersama dengan orang yang dapat dipercayai (misal: sahabat, anggota keluarga yang dekat, Psikolog, atau Psikiater).
Rencana keselamatan ini perlu dibuat ketika individu berada dalam kondisi yang tenang dan dapat berpikir dengan jernih, bukan pada saat munculnya pemikiran ingin mengakhiri hidup.
Terdapat 6 langkah dalam rencana keselamatan.
Pertama, sadari tanda-tanda peringatan. Buatlah daftar situasi, perasaan, pemikiran, perilaku yang dapat memicu pemikiran bunuh diri, atau yang menjadi tanda-tanda Anda dalam situasi yang tidak sehat secara mental. Menyadari tanda-tanda peringatan dapat membantu orang terdekat Anda mengenali kapan anda membutuhkan dukungan lebih, bahkan sebelum Anda memintanya.
Kedua, tenangkan diri dan lakukan strategi kegiatan. Buatlah daftar strategi kegiatan yang dapat menenangkan diri Anda ketika merasakan tanda-tanda peringatan di atas. Anda dapat melakukan berbagai kegiatan yang menenangkan diri, seperti latihan pernapasan atau meditasi.
Selain itu, Anda juga dapat mencoba aktivitas yang mengalihkan perhatian, seperti mendengarkan musik favorit, menonton film, menggambar atau berolahraga ringan. Susunlah daftar aktivitas yang sesuai dengan kepribadian Anda, karena melakukan aktivitas tersebut dapat membantu mengalihkan perhatian dari pikiran untuk mengakhiri hidup dan membawa Anda ke kondisi mental yang lebih positif.
Ketiga, pikirkan alasan untuk tetap hidup. Langkah berikutnya adalah membuat daftar alasan untuk bertahan hidup. Saat seseorang sedang terpuruk, sangat mudah untuk terjebak dalam perasaan negatif hingga melupakan hal-hal positif dalam hidup. Daftar ini akan membantu Anda mengingat kembali alasan untuk terus hidup hingga pemikiran untuk bunuh diri mereda. Membuat jurnal kebersyukuran juga dapat membantu Anda untuk menyadari hal-hal positif dalam hidup.
Keempat, hubungi orang yang dipercayai. Selanjutnya, buatlah daftar kontak orang-orang yang peduli dengan Anda dan dapat dihubungi ketika Anda membutuhkan bantuan. Pastikan Anda memiliki cadangan jika pilihan pertama atau kedua sedang tidak tersedia.
Kelima, mintalah bantuan profesional. Buatlah daftar tenaga profesional yang dapat membantu Anda, misalkan Psikolog atau Psikater yang sedang menangani Anda, termasuk nomor telepon yang dapat dihubungi. Pastikan untuk mencatat nomor Hotline Sejiwa 119 ext 8, yang merupakan layanan gratis dari Pemerintah dengan durasi 30 menit.
Keenam, pastikan lingkungan sekitar aman. Dengan memastikan lingkungan sekitar aman bertujuan untuk melindungi diri Anda. Hal ini termasuk mengamankan atau menyingkirkan benda-benda yang bisa digunakan untuk menyakiti diri. Jika perlu, Anda bisa meminta bantuan orang lain untuk mengamankan benda-benda tersebut.
Jika setelah mengikuti semua langkah-langkah rencana keselamatan ini, Anda belum merasa membaik, segera carilah pertolongan profesional di IGD rumah sakit terdekat.@
*) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Sumber:
Centre for Suicide Prevention. (2019, September 9). Safety Plans to Prevent Suicide. Suicideinfo.ca. https://www.suicideinfo.ca/local_resource/safety-plans/
Pusiknas. (2024, Desember 16). Data Statistik Gangguan. Pusiknas. https://pusiknas.polri.go.id/gangguan
Schimelpfening, N. (2023, September 26). How to Create a Suicide Safety Plan. Verywellmind. https://www.verywellmind.com/suicide-safety-plan-1067524
Tempo. (2024, Oktober 7). 7 Karakteristik Gen Z yang Jarang Diketahui, Disebut sebagai Generasi Paling Kesepian. Tempo. https://www.tempo.co/gaya-hidup/7-karakteristik-gen-z-yang-jarang-diketahui-disebut-sebagai-generasi-paling-kesepian-1993
WHO. (2024, Agustus 29). Suicide. WHO. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/suicide
Discussion about this post