Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Blitar, Tekan Angka Stunting dan Penuhi Kebutuhan Nutrisi

Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Blitar, Tekan Angka Stunting dan Penuhi Kebutuhan Nutrisi

Juni 5, 2025
Pansel Kecolongan? Salah Satu Direktur Bank Jatim Terindikasi Kredit Fiktif di Gresik Tahun 2022

Pansus Bank Jatim Kandas, Invisible Hand Menentukan Komisaris dan Direksi?

Juni 5, 2025
Tokoh masyarakat dan kepala UPT Jember

UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan Jember Sinergi dengan Tokoh Masyarakat Guna Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Juni 4, 2025
Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Blitar, Tekan Angka Stunting dan Penuhi Kebutuhan Nutrisi
Berita

Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Blitar, Tekan Angka Stunting dan Penuhi Kebutuhan Nutrisi

by Swara
Juni 5, 2025
0
1.4k

Sosialisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) bersama mitra kerja Badan Gizi Nasional (BGN) di Desa Gogodeso Selasa, 3 Juni 2025....

Read moreDetails
Pansel Kecolongan? Salah Satu Direktur Bank Jatim Terindikasi Kredit Fiktif di Gresik Tahun 2022

Pansus Bank Jatim Kandas, Invisible Hand Menentukan Komisaris dan Direksi?

Juni 5, 2025
1.4k
Tokoh masyarakat dan kepala UPT Jember

UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan Jember Sinergi dengan Tokoh Masyarakat Guna Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Juni 4, 2025
1.4k

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
Kamis, Juni 5, 2025
SIAGA INDONESIA NEWS
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast
No Result
View All Result
SIAGA INDONESIA NEWS
No Result
View All Result
Home Opini

Prabowo Adalah TNI Demokratis

Tanggapan untuk Dhimam Abror Djuraid

by redaksi
April 8, 2025
Reading Time: 3 mins read
A A
Terbitkan Perppu Batalkan Pimpinan KPK

Presiden Prabowo Subianto. Foto: ist

492
SHARES
1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Radhar Tribaskoro

TULISAN Dhimam Abror Djuraid berjudul “Prabowo Adalah (Bukan) Kita” yang dimuat di Harian Disway 5 April 2025, menampilkan keresahan atas apa yang disebut sebagai pergeseran orientasi aktivis oposisi menuju dukungan penuh terhadap Prabowo Subianto. Ia mempertanyakan konsistensi dan integritas para tokoh yang sebelumnya bersikap kritis terhadap kekuasaan, tetapi kini bersikap permisif terhadap Prabowo, bahkan cenderung apologetik atas langkah-langkah politik dan kebijakannya. Tulisan itu sarat dengan analogi historis, menyandingkan Prabowo dengan Vladimir Putin hingga Deng Xiaoping, dan menegaskan bahwa arah kekuasaan yang ditempuh kini mulai menyerupai despotisme yang menyaru dalam pakaian demokrasi.

Namun, ada kekeliruan mendasar dalam bangunan argumen ini, terutama dalam penilaian yang terlalu dini dan prematur terhadap karakter kepemimpinan Prabowo. Menilai seseorang sebagai pemimpin despotik hanya beberapa bulan setelah menjabat adalah langkah gegabah, apalagi dalam sistem demokrasi seperti Indonesia yang memiliki mekanisme kontrol kekuasaan melalui parlemen, media, dan masyarakat sipil. Tuduhan despotik—dalam pengertian John Keane dalam The New Despotism (2020)—mengacu pada kekuasaan yang memanipulasi legitimasi demokratis untuk memperkuat kontrol otoriter secara halus dan sistemik. Untuk sampai pada kesimpulan seperti itu, dibutuhkan bukti konsisten tentang represi, penundukan hukum, atau penghapusan oposisi—hal-hal yang belum tampak dalam kepemimpinan Prabowo yang bahkan belum mencapai satu tahun.

Justru jika ukuran-ukuran itu digunakan secara konsisten, maka masa pemerintahan Joko Widodo selama sepuluh tahun lebih layak menjadi objek kajian atas munculnya gejala-gejala despotisme baru. Dalam dua periode kekuasaannya, kita menyaksikan revisi UU KPK, pelemahan oposisi melalui kooptasi partai, dan pembiaran terhadap polarisasi politik yang mengakar. Koalisi gemuk dan penyempitan ruang oposisi terjadi jauh sebelum Prabowo resmi menjabat sebagai presiden. Mengalihkan semua beban moral dan politik ini ke pundak Prabowo dalam waktu yang begitu singkat justru terkesan manipulatif.

Soal revisi UU TNI yang dianggap sebagai sinyal militerisme baru, juga perlu dilihat dengan kacamata yang lebih jernih. Keikutsertaan prajurit aktif dalam jabatan sipil bukanlah monopoli rezim militeristik. Banyak negara demokratis, seperti Amerika Serikat dan Perancis, mengatur peran terbatas bagi militer dalam tugas-tugas sipil, selama berada dalam kerangka hukum yang transparan dan diawasi. Menyederhanakan revisi UU TNI sebagai bentuk kemunduran sipilisme hanya karena memori masa lalu, justru melemahkan diskursus yang lebih rasional tentang reformasi pertahanan dan keamanan negara. Kritik yang sehat semestinya mempertimbangkan konteks global dan kebutuhan nasional, bukan sekadar fobia sejarah.

Ekonomi Prabowo yang disebut sebagai prabowonomics, dan dituding sebagai politik patronase karena bagi-bagi uang, juga terburu-buru disimpulkan sebagai manipulasi massa. Dalam konteks demokrasi sosial, kebijakan redistributif yang memberikan manfaat langsung kepada rakyat kecil bukanlah bentuk patronase, melainkan salah satu prinsip keadilan distributif sebagaimana dirumuskan oleh John Rawls. Apakah negara tidak boleh memberi bantuan tunai kepada rakyatnya yang membutuhkan hanya karena khawatir disebut populis? Jika kita mau jujur, praktek serupa terjadi di banyak negara demokrasi, dari stimulus AS hingga bantuan kesejahteraan sosial di Eropa. Yang membedakan bukan apakah negara memberi atau tidak memberi, tetapi apakah pemberian itu memiliki dasar hukum, transparansi fiskal, dan tujuan kesejahteraan yang jelas. Tanpa itu, maka segala bentuk kebijakan sosial akan selalu dicurigai sebagai politik dagang sapi.

Ada juga nuansa sinisme yang terlalu keras terhadap perubahan sikap sebagian aktivis yang kini mendukung Prabowo. Setahu saya Syahganda Nainggolan bukan baru kemaren sore mengenal Prabowo Subianto. Ia telah Mendukung Prabowo sejak Pilpres 2014. Bahwa pada Pilpres 2024 ia memilih untuk bergabung dengan Anies Baswedan adalah lantaran kehadiran cawapres Gibran yang melawan konstitusi. Banyak aktivis yang mengikuti jalan Syahganda ini.

Lebih dari itu menilai orang yang dulunya oposisi seolah-olah tidak boleh berubah pendapat, tidak boleh menimbang ulang posisi politiknya. Padahal dalam politik, sebagaimana diakui oleh Karl Popper dalam The Open Society and Its Enemies, perubahan posisi adalah bagian dari proses pembelajaran. Seseorang yang awalnya menentang, lalu berubah karena melihat arah kebijakan yang lebih sesuai dengan nilai-nilai atau kebutuhan rakyat, tidak semestinya langsung dicap hipokrit. Yang lebih penting bukan masa lalunya, tetapi alasan dan integritas dari pilihan barunya.

Tulisan ini mengajak kita lebih bijak dalam membaca dinamika politik yang masih sangat cair. Menilai kepemimpinan secara terbuka dan jujur harus tetap dijaga, tetapi itu tidak berarti kita bebas mengarahkan stigma tanpa dasar yang kokoh. Prabowo masih punya waktu untuk membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin demokratis. Jika nanti ia gagal, maka kritik sangat sah untuk diajukan. Tapi hari ini, menilai terlalu dini justru memperlihatkan bias dan ketakutan yang belum tentu beralasan.@

*) Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia

Rujukan:
Dhimam Abror Djuraid, “Prabowo Adalah (Bukan) Kita”, Harian Disway, 5 April 2025.

John Keane, The New Despotism, Harvard University Press, 2020.

John Rawls, A Theory of Justice, Harvard University Press, 1971.

Karl Popper, The Open Society and Its Enemies, Routledge, 1945.

Share197Tweet123
Previous Post

Dugaan Korupsi Kredit Bodong Rp 596 M, Karyawan Bank Jatim Minta Kejaksaan Usut Direksi

Next Post

Tarif Resiprokal Trump, untuk Wujudkan Fair Trade?

Berita Terkait

Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Blitar, Tekan Angka Stunting dan Penuhi Kebutuhan Nutrisi

Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Blitar, Tekan Angka Stunting dan Penuhi Kebutuhan Nutrisi

by Swara
Juni 5, 2025
0
1.4k

...

Pansel Kecolongan? Salah Satu Direktur Bank Jatim Terindikasi Kredit Fiktif di Gresik Tahun 2022

Pansus Bank Jatim Kandas, Invisible Hand Menentukan Komisaris dan Direksi?

by redaksi
Juni 5, 2025
0
1.4k

...

Tokoh masyarakat dan kepala UPT Jember

UPT Pengelolaan Jalan dan Jembatan Jember Sinergi dengan Tokoh Masyarakat Guna Percepatan Pembangunan Infrastruktur

by Swara
Juni 4, 2025
0
1.4k

...

Next Post
Tarif Resiprokal Trump, untuk Wujudkan Fair Trade?

Tarif Resiprokal Trump, untuk Wujudkan Fair Trade?

Discussion about this post

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
  • Disclaimer
  • Indeks
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.