CBA Desak KPK Buru Dugaan Korupsi Rp2,59 Triliun BOP di Kemenag

Skandal Konsesi Jalan Tol, Pemerintah Diminta Segera Ambil Alih Tol Cawang–Pluit–Tanjung Priok dari Jusuf Hamka

Juni 9, 2025
Jutaan Anak Manfaatkan Taman Kota Surabaya

Jemput Anak-Anak Bermasalah, Selamatkan Masa Depan: RIAS Menjadi Solusi

Juni 9, 2025
Polisi Bongkar Tiga Situs Web Judi Online, 18 Orang Jadi Tersangka

Soal Judi Online, CBA: PPATK Pasti Tahu Transaksi Uang Budi Arie

Juni 9, 2025
CBA Desak KPK Buru Dugaan Korupsi Rp2,59 Triliun BOP di Kemenag
Berita

Skandal Konsesi Jalan Tol, Pemerintah Diminta Segera Ambil Alih Tol Cawang–Pluit–Tanjung Priok dari Jusuf Hamka

by redaksi
Juni 9, 2025
0
1.4k

SIAGAINDONESIA.ID Pemerintah diminta tidak lagi tunduk pada kepentingan swasta dalam pengelolaan jalan tol. Seruan keras datang dari Direktur Eksekutif Center...

Read moreDetails
Jutaan Anak Manfaatkan Taman Kota Surabaya

Jemput Anak-Anak Bermasalah, Selamatkan Masa Depan: RIAS Menjadi Solusi

Juni 9, 2025
1.4k
Polisi Bongkar Tiga Situs Web Judi Online, 18 Orang Jadi Tersangka

Soal Judi Online, CBA: PPATK Pasti Tahu Transaksi Uang Budi Arie

Juni 9, 2025
1.4k

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
Senin, Juni 9, 2025
SIAGA INDONESIA NEWS
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast
No Result
View All Result
SIAGA INDONESIA NEWS
No Result
View All Result
Home Opini

Pilkada Dipilih DPRD Tak Perlu Diangkat Lagi: Usulan Ubah UUD untuk Dua Partai Saja dan Calon Independen Pilpres serta Pileg

by redaksi
Desember 14, 2024
Reading Time: 2 mins read
A A
Andai Aku Anggota Dewan, Kubuat Jalan ke Surga

Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat), Sugiyanto (SGY)-Emik. Foto: ist

494
SHARES
1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Sugiyanto (SGY)-Emik

SESUNGGUHNYA saya ingin menulis banyak hal tentang Pilkada Jakarta, isu DKI Jakarta, dan masalah nasional lainnya. Namun, saya berpikir, wacana Pilkada yang dipilih DPRD lebih prioritas untuk dibahas, karena ini menyangkut prinsip dasar kedaulatan yang ada di tangan rakyat.

Terkait hal tersebut, munculnya usulan untuk mengembalikan mekanisme pemilihan kepala daerah (Pilkada) melalui DPRD adalah wacana lama yang sudah tidak relevan untuk dibahas lagi.

Indonesia telah menjalani reformasi politik yang menghasilkan berbagai perubahan mendasar dalam sistem demokrasi, termasuk pelaksanaan Pilkada langsung. Menghidupkan kembali wacana ini justru kontraproduktif terhadap semangat reformasi yang diperjuangkan sejak 1998-1999.

Memang benar, Pilkada langsung kerap dikritik karena biaya politik yang tinggi. Namun, persoalan ini tidak hanya terkait sistem pemilu itu sendiri, melainkan juga karena regulasi dan praktik politik yang belum optimal.

Sistem Pilkada langsung, jika diatur dengan lebih ketat dan transparan, sebenarnya bisa mengurangi biaya politik, termasuk persoalan politik uang atau money politik.

Masalahnya adalah banyaknya celah dalam regulasi, seperti lemahnya pengawasan dana kampanye, yang menjadi pintu masuk bagi politik transaksional. Partai politik juga memiliki andil besar dalam menciptakan ekonomi biaya tinggi, karena sering berorientasi pada kemenangan semata, tanpa memperhatikan keadilan publik dan idealisme.

Jika alasan utama perubahan adalah biaya tinggi, maka seharusnya fokus diarahkan pada evaluasi sistem dan penguatan regulasi. Gagasan untuk mengganti mekanisme yang telah memberikan ruang lebih besar kepada rakyat untuk menentukan pemimpinnya justru dapat dianggap sebagai suatu ketidakadilan.

Reformasi politik telah menghasilkan berbagai capaian penting, salah satunya adalah pemilihan langsung oleh rakyat. Oleh karena itu, hal ini harus tetap dihormati sebagai wujud penghormatan terhadap kedaulatan rakyat.

Pilihan ini mencerminkan penghormatan terhadap kedaulatan rakyat, memberikan mereka hak penuh untuk memilih presiden, anggota legislatif, dan DPD serta kepala daerah.

Mengembalikan Pilkada ke DPRD justru merupakan langkah mundur yang mengkhianati semangat reformasi.

Perlu diingat, berkat perjuangan reformasi, para pejabat saat ini dapat duduk menjabat di posisi mereka. Namun, ironisnya, kini mereka justru mengusulkan untuk meruntuhkan hasil perjuangan reformasi tersebut. Bukankah ini bentuk ketidakadilan terhadap sejarah dan aspirasi rakyat yang telah berjuang untuk perubahan?

Jika wacana Pilkada oleh DPRD terus diangkat, maka hal ini sama saja dengan mengusulkan kembalinya sistem sentralistik. Pada era Orde Baru atau zaman penjajahan Belanda, hal serupa pernah terjadi, di mana kepala daerah dipilih oleh Presiden atau ditunjuk oleh Pemerintah Kolonial, bukan melalui mekanisme pemilihan langsung oleh rakyat.

Atas hal tersebut, lebih baik sekalian saja mengubah kembali UUD 1945 agar Presiden kembali dipilih oleh MPR, sekaligus membatasi sistem multi-partai menjadi hanya dua partai, seperti di Amerika Serikat, dengan tetap membuka peluang bagi calon independen dalam Pilpres dan Pileg. Langkah ini dianggap dapat membuat proses politik lebih sederhana, murah, dan berkeadilan. Namun, apakah solusi ini relevan dengan realitas politik? Tentu saja tidak.

Sejatinya, saya mampu mengurai secara lebih detail dan rinci tentang pro dan kontra, serta dampak positif dan negatif dari wacana Pilkada dipilih oleh DPRD. Saya juga memahami sejarah, ketentuan, dan perubahan aturan terkait hal ini. Namun, saya merasa enggan untuk melakukannya karena saya merasa seperti sedang menulis tentang sebuah pengkhianatan terhadap kedaulatan yang sejatinya berada di tangan rakyat.

Dengan demikian, wacana untuk mengembalikan Pilkada kepada DPRD adalah langkah mundur yang tidak sejalan dengan semangat reformasi dan demokrasi. Masalah utama dalam Pilkada langsung bukan terletak pada sistemnya, melainkan pada implementasi dan regulasi yang lemah.

Daripada menghidupkan wacana lama yang tidak relevan, lebih baik kita fokus pada evaluasi dan perbaikan sistem agar tidak terjadi pemborosan anggaran dan politik uang. Dengan begitu, demokrasi di Indonesia akan semakin berkualitas dan benar-benar berpihak kepada rakyat.@

*) Ketua Himpunan Masyarakat Nusantara (Hasrat)/Relawan Independen Pendukung Prabowo Saat Pilpres 2019-2024

Share198Tweet124
Previous Post

Prabowo, Kunto Dan Visi Manusia Indonesia

Next Post

Pangkostrad Resmi Tutup Latihan Standardisasi Prajurit Kostrad Cakra XV dan Penyematan Brevet Kehormatan Cakra

Berita Terkait

CBA Desak KPK Buru Dugaan Korupsi Rp2,59 Triliun BOP di Kemenag

Skandal Konsesi Jalan Tol, Pemerintah Diminta Segera Ambil Alih Tol Cawang–Pluit–Tanjung Priok dari Jusuf Hamka

by redaksi
Juni 9, 2025
0
1.4k

...

Jutaan Anak Manfaatkan Taman Kota Surabaya

Jemput Anak-Anak Bermasalah, Selamatkan Masa Depan: RIAS Menjadi Solusi

by redaksi
Juni 9, 2025
0
1.4k

...

Polisi Bongkar Tiga Situs Web Judi Online, 18 Orang Jadi Tersangka

Soal Judi Online, CBA: PPATK Pasti Tahu Transaksi Uang Budi Arie

by Swara
Juni 9, 2025
0
1.4k

...

Next Post
Pangkostrad Resmi Tutup Latihan Standardisasi Prajurit Kostrad Cakra XV dan Penyematan Brevet Kehormatan Cakra

Pangkostrad Resmi Tutup Latihan Standardisasi Prajurit Kostrad Cakra XV dan Penyematan Brevet Kehormatan Cakra

Discussion about this post

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
  • Disclaimer
  • Indeks
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.