SIAGAINDONEDIA.ID Lebih dari 4000 Ha tambak udang dan bandeng di Kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo dan Jabon Kabupaten Sidoarjo gagal panen akibat banjir pasang. Sekitar 750 petambak merugi puluhan miliar akibat gagal panen.
“Sudah sekitar tujuh bulan tambak kami tergenang air dan rusak, ” ujar Fauzi salah seorang pemilik tambak Udang Windu di Kecamatan Sedati.
Menurutnya, kondisi ini disebabkan curah hujan tinggi, air laut pasang serta sungai Porong dan sungai Sedati yang dangkal serta sedimen yang menyumbat muara sungai.
Hal tersebut pernah diutarakan Sekertaris Forum Komunitas Masyarakat Tambak (FKMT) Sidoarjo, Achmad Syarief kepada anggota DPD RI, LaNyala Mataliti.
“Sudah mengadu pula ke DPRD daerah dan provinsi belum membuahkan hasil konkret,” jelasnya.
Sementara itu Direktur Alter Trade Indonesia (PT. ATINA), Harry Yuli Susanto membenarkan terjadi pasang laut posisi tinggi dan kondisi saluran terjadi pendangkalan sehingga volume tampung berkurang. Di Sedati, kondisi tambak pesisir yang sebelumnya rusak pematangnya tidak diperbaiki karena tidak ada biaya sehingga melebar ke tambak lain.
“ATINA sudah banyak bersuara namun belum ada langkah pemerintah yang dirasakan manfaatnya oleh pembudidaya,” ujarnya.
Diakuinya produksi udang Sidoarjo drop hal ini berdampak ekspor udang windu ATINA turun drastis. Rata-rata produksi per siklus udang windu tradisional di tambak Sidoarjo (2,5 s/d 3 bulan) menghasilkan sekitar 250- 300 kg per hektar. Bandeng 800-900 kg per hektar (6 bulan).

Perlu diketahui ATINA menampung udang windu dari 700 petambak binaannya di Sidoarjo. Hal yang mengenaskan lanjut Harry Yuli, banyak petambak yang sudah menyerah atas derita 7 bulan ini selain sudah banyak biaya di keluarkan untuk perbaikan, akhirnya naikan bendera putih dan menawarkan tambaknya ke pengembang.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim, Isa Anshori prihatin dengan musibah yang menimpa petambak Sidoarjo.
“Untuk menormalisasi sungai tentunya PU Sidoarjo membutuhkan biaya besar,” jelasnya.
Hasil udang Sidoarjo lanjut Isa Anshori salah satu kontributor andalan produksi perikanan Jawa Timur.
“Kita ingin mengembalikan kejayaan Jawa Timur sebagai produsen unggulan udang windu yang pernah jaya di tahun sembilan puluhan,” jelasnya.
DKP melakukan terobosan melalui program ‘Rindu Tampang’ singkatan dari revitalisasi udang windu tambak tradisonal yang aman pangan dan berkelanjutan.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, DKP Provinsi Jawa Timur menggandeng beberapa stakeholder terkait seperti Dinas Perikanan Kabupaten dan pihak swasta PT. Alter Trade Indonesia (ATINA) untuk bersama-sama melakukan pemberdayaan kepada petambak udang.
DKP membantu pembudidaya tambak tradisional udang windu yang sudah tergabung dalam kelompok dengan memberikan stimulan berupa pakan alami Phronima sp., media pertumbuhan yaitu campuran dedak dan probiotik, ragi, accu, drum plastik, pompa venturi dan benih udang windu.@masduki
Discussion about this post