SIAGAINDONESIA.ID,- (Surabaya) – Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra (PBSI) melalui HMP PBSI (Himabastra) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa menggelar kuliah umum penguatan riset kebahasaan di Auditorium T14 lantai 4 FBS, Unesa, Kampus 2 Lidah Wetan, pada Senin, 3 Februari 2025.
Kegiatan ini diprakarsai dua guru besar PBSI, yang sekaligus sebagai narasumber yaitu Prof Suhartono dan Prof Syamsul Sodiq.
Suhartono, guru besar bidang pragmatik menyampaikan kuliah umum dengan judul ‘Riset Bahasa dalam Praktik Pembelajaran Perspektif Intervensi dan Impak. Dalam paparannya, Suhartono menyampaikan peluang penelitian kebahasaan.
Ia mengatakan, penelitian tersebut tidak semata-mata hanya terbuka luas bagi yang berlatar belakang kajian murni seperti sastra, tetapi juga menawarkan kesenjangan pengetahuan yang bisa dikaji lebih lanjut melalui media pembelajaran.
Dari hasil risetnya, terang Suhartono, yang masih perlu ditingkatkan adalah riset pembelajaran aspek perencanaan ada di angka 359.586, pelaksanaan sebanyak 1.454.475, dan penilaian sebanyak 2.146.434.
“Apalagi yang berspektif ‘intervensi’ dan ‘impak’ bahkan sangat terbatas untuk tidak dikatakan tidak ada. Karena itu, ini menjadi peluang untuk melakukan riset di bidang ini,” tandasnya.
Lebih lanjut, Suhartono memamparkan, bahasa sebagai intervener dapat meliputi tuturan eksemplifikasi, tuturan simple berpola normal, tuturan interogatif terbuka, tuturan apresiatif, dan tuturan direktif berpilihan respons.
“Fenomena ‘bahasa sebagai intervener’ ini menghasilkan impak berupa kemampuan menguraikan, memerinci, memberikan contoh, memberikan solusi, dan berpikir kritis,” jelasnya.

Sementara itu, Syamsul Sodiq, guru besar bidang pembelajaran menulis menyinggung soal kecerdasan buatan melalui tema “Peran Bahasa Indonesia dalam Menyikapi Penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk Penulisan Ilmiah”.
Melalui kajiannya, ia menyoroti fenomena maraknya penggunaan AI dalam penulisan ilmiah bahasa Indonesia pada jenjang S-1, umumnya didukung oleh kebijakan sebagian perguruan tinggi yang melegalkan penggunaannya.
“Padahal sebenarnya, AI sebagai sistematisasi mesin cenderung dirancang untuk menyajikan jawaban yang tidak menutup kemungkinan merupakan hasil pemikiran orang lain. Itulah mengapa sangat rentan plagiasi,” terangnya.
Lebih lanjut ia paparkan kekurangan dari penggunaan AI adalah tidak memiliki unsur kreativitas yang dimiliki manusia, keterbatasan referensi, risiko data dan bias algoritma, serta kredibilitas dan relevansi output yang meragukan.
“Meskipun pada kenyataannya telah marak terjadi fenomena ketergantungan dan pengurangan kompetensi yang tidak disadari penggunanya,” paparnya.
Ia menekankan, AI sebagai alat bantu, jangan terlalu menghamba dan bergantung pada penggunaannya! Nilai kepuasan dari menghasilkan karya yang memiliki campur tangan AI tidak akan sepuas ketika utuh menciptakannya sendiri.
Koorprodi PBSI, Anas Ahmadi berharap kuliah umum ini tidak hanya untuk membekali para mahasiswa akhir dalam memantapkan topik skripsi di bidang kebahasaan, tetapi juga membekali mahasiswa baru sedari dini akan wawasan riset kebahasaan yang berprospek menjanjikan.
“Semoga mahasiswa PBSI memetik wawasan krusial yang dapat bermanfaat ke depannya dalam karier mereka di dunia pendidikan, baik sebagai peneliti maupun pengajar dan melahirkan inovasi mutakhir dalam riset kebahasaan,” ucap Koorprodi PBSI tersebut. @TAR/SIR