Renungan Suci Warnai HUT Ke 65 Yonif 320/Badak Putih dengan Khidmat

Renungan Suci Warnai HUT Ke 65 Yonif 320/Badak Putih dengan Khidmat

Mei 14, 2025
Jatim Gagas BUMD Holding, Danantara Lahir Lebih Dulu

Jatim Gagas BUMD Holding, Danantara Lahir Lebih Dulu

Mei 14, 2025
Bareng Edho Zell, J&T Connect Preneur Tour 2025 Bantu UMKM Kuasai Pasar Digital

Bareng Edho Zell, J&T Connect Preneur Tour 2025 Bantu UMKM Kuasai Pasar Digital

Mei 14, 2025
Renungan Suci Warnai HUT Ke 65 Yonif 320/Badak Putih dengan Khidmat
Alutsista

Renungan Suci Warnai HUT Ke 65 Yonif 320/Badak Putih dengan Khidmat

by wiwin boncel
Mei 14, 2025
0
1.4k

SIAGAINDONESIA.ID    Dalam suasana hening dan penuh kekhidmatan, Yonif 320/Badak Putih menggelar upacara Renungan Suci sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari...

Read moreDetails
Jatim Gagas BUMD Holding, Danantara Lahir Lebih Dulu

Jatim Gagas BUMD Holding, Danantara Lahir Lebih Dulu

Mei 14, 2025
1.4k
Bareng Edho Zell, J&T Connect Preneur Tour 2025 Bantu UMKM Kuasai Pasar Digital

Bareng Edho Zell, J&T Connect Preneur Tour 2025 Bantu UMKM Kuasai Pasar Digital

Mei 14, 2025
1.4k

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
Rabu, Mei 14, 2025
SIAGA INDONESIA NEWS
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast
No Result
View All Result
SIAGA INDONESIA NEWS
No Result
View All Result
Home Opini

Masih Banyak Yang Bingung, Netralitas ASN Itu Seperti Apa? #2

by redaksi
Desember 27, 2023
Reading Time: 3 mins read
A A
Masih Banyak Yang Bingung, Netralitas ASN Itu Seperti Apa? #2

Ilustrasi ASN. Foto: net

491
SHARES
1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Asyari Usman

Di tulisan pertama tentang netralitas ASN, saya berpendapat titik beratnya adalah menjaga agar pelayanan publik yang mereka berikan selalu sama rata kepada rakyat. Tidak pilih-pilih orang.

Jadi, netralitas tidak seharusnya membungkam ASN dalam mengeluarkan pendapat mereka. Negara tidak perlu memperlakukan ASN seperti robot. Rugi Indonesia. Sebab, mereka adalah orang-orang yang masuk ke jajaran birokrasi dengan bekal intelektualitas yang relatif tinggi.

Sesuai data yang ada di Badan Kepegawaian Negara (BKN), ASN yang berpendidikan sarjana (S1-S3) di seluruh Indonesia berjumlah 70%. Selebihnya adalah 15% tingkat diploma dan 15% jenjang SD-SMA. Kalau program diploma dapat digolongkan pendidikan tinggi juga, maka jumlah intelektual di birokrasi menjadi 85%.

Angka ini menunjukkan bahwa birokrasi kita diisi oleh para cendekiawan yang sudah terlatih berpikir dan bekerja sistematis. Dahsyat sekali. Indonesia Emas seharusnya sudah tercapai. Tidak perlu menunggu 2045. Selayaknya sudah terwujud 5-6 tahun yang lalu.

Sedihnya, Indonesia masih berstatus “besi tua”. Yang di level Emas baru segelintir saja. Yaitu para maling kekayaan negara, para koruptor, dan para Mafioso. Kekayaan mereka memang benar sudah di level emas semua.

Jumlah ASN se-Indonesia tercatat 4,280,000 orang. Jadi, 85% D-3, S1, S2 dan S3 berarti 3,638,000 personel. Ini merupakan populasi intelektual yang luar biasa besar di dalam satu korps.

Sekarang, mau diapakan 85% cendekiawan birokrasi itu? Apa yang terjadi hari ini terhadap ASN?

Sangatlah memprihatinkan. Kreativitas mereka masih rendah. Salah siapa? Jelas sekali salah para petinggi yang mendefinisikan netralitas itu.

Definisi netralitas yang dianut saat ini masih versi primitif. Ini yang menyebabkan para ASN yang hebat-hebat itu tidak terdorong memikirkan masa depan bangsa dan negara. Masa depan perekonomian, masa depan ilmu pengetahuan dan teknologi, masa depan pendidikan dan kesehatan, masa depan keadilan dan meritokrasi, dan lain sebagainya. Dari waktu ke waktu mereka hanya memikirkan kenaikan pangkat dan promosi jabatan.

Setiap agenda demokrasi lima tahunan datang, para ASN hanya diberitahu agar tidak memihak pada calon mana pun. Tidak memihak partai politik mana pun.

Peringatan ini sudah benar. Posisi terbaik para ASN memang “no man’s land” alias tidak berada di pihak mana pun. Tetapi, apakah ini masih relevan?

Ini yang perlu dipertanyakan. Mengapa kita tidak meninjau kembali definisi dan kebijakan netralitas? Bukankah asas netralitas versi kuno itu menyia-nyiakan 3.6 juta ASN yang sebetulnya mampu berkontribusi untuk mendiskusikan isu sosial-politik secara informal, termasuk tentang para calon pejabat publik yang akan ikut kontestasi?

Mengapa para pejabat tinggi pemerintah cenderung menjabarkan netralitas itu menjadi “kalian diam saja, tidak usah ikut-ikutan”? Padahal, jutaan ASN itu adalah orang-orang yang paham proses politik. Mereka mengerti liku-liku negatif dalam politik. Mereka bisa memberikan pencerahan.

Mereka pun bisa ikut mencegah agar calon-calon pejabat publik yang bermasalah, tidak terpilih. Para ASN biasanya punya akses informasi yang bagus.

ASN tidak ikut politik praktis, setuju. Tidak ikut tim sukses, memang harus. Tetapi, ASN bisa membantu negara ini agar tidak diisi oleh calon-calon pejabat publik yang bermental kotor. Pencerahan kepada publik bisa mereka lakukan tanpa harus menunjukkan keberpihakan.

Khawatir akan menjadi ajang fitnah? Iya, ini memang harus dijaga. Tapi kita percaya para ASN yang berintelektualitas tinggi itu bisa melatih diri untuk tidak terjerumus ke polemik yang berbau hoaks maupun fitnah.

Seorang teman ASN yang bermukim di Aceh Timur menduga ASN dikurung dalam sel nteralitas untuk mencegah kegaduhan. Ini cara berpikir usang. Jutaan ASN yang berada di birokrasi hari ini bukanlah orang-orang yang mudah dihasut. Kata “kegaduhan” itu adalah sisa-sisa otoritarianisme masa lalu. Sayangnya, rezim otoriter hari ini masih berlangganan dengan sisten lama itu.

Jadi, sudah saatnya kita berikan kebebasan kepada ASN untuk berekspresi. Tinggalkan pengarahan model “menggiring ternak”. Cukup diberi pengertian agar ASN berperan positif untuk perbaikan Indonesia.

Biarkan mereka ikut bermedia sosial asalkan bukan untuk kepentingan sempit apalagi untuk menimbulkan keonaran. Para ASN cendekiawan pasti paham itu.@

*) Jurnalis Senior Freedom News

Share196Tweet123
Previous Post

Ganjar Komitmen Lanjutkan Pembangunan Tanpa Kacamata Kuda

Next Post

Danyonarmed 12 Angicipi Yudha Pimpin Tradisi Korps Penerimaan Warga Baru

Berita Terkait

Renungan Suci Warnai HUT Ke 65 Yonif 320/Badak Putih dengan Khidmat

Renungan Suci Warnai HUT Ke 65 Yonif 320/Badak Putih dengan Khidmat

by wiwin boncel
Mei 14, 2025
0
1.4k

...

Jatim Gagas BUMD Holding, Danantara Lahir Lebih Dulu

Jatim Gagas BUMD Holding, Danantara Lahir Lebih Dulu

by redaksi
Mei 14, 2025
0
1.4k

...

Bareng Edho Zell, J&T Connect Preneur Tour 2025 Bantu UMKM Kuasai Pasar Digital

Bareng Edho Zell, J&T Connect Preneur Tour 2025 Bantu UMKM Kuasai Pasar Digital

by wiwin boncel
Mei 14, 2025
0
1.4k

...

Next Post
Danyonarmed 12 Angicipi Yudha Pimpin Tradisi Korps Penerimaan Warga Baru

Danyonarmed 12 Angicipi Yudha Pimpin Tradisi Korps Penerimaan Warga Baru

Discussion about this post

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
  • Disclaimer
  • Indeks
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.