Oleh: Ahmad Khozinudin
BUKAN kaleng-kaleng, upaya hukum Anwar Usman berbuah legit. Pada 15 Februari 2024, dari situs sistem informasi penelusuran perkara (SIPP) PTUN DKI Jakarta, mengumumkan putusan Sela yang memenangkan Anwar Usman.
Dalam putusan sela tersebut, majelis hakim mengabulkan Permohonan Penundaan Pelaksanaan Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 17 Tahun 2023, tanggal 9 November 2023 tentang Pengangkatan Ketua Mahkamah Konstitusi Masa Jabatan 2023–2028.
Selanjutnya, Majelis Hakim memerintahkan atau mewajibkan tergugat dalam hal ini Suhartoyo selaku Ketua MK, untuk menunda pelaksanaan Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 17 Tahun 2023, tanggal 9 November 2023 tentang Pengangkatan Ketua Mahkamah Konstitusi Masa Jabatan 2023-2028.
Itu artinya, Soehartoyo yang menjadi Ketua MK berdasarkan putusan tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai Ketua MK. Itu artinya, hingga gugatan mendapatkan keputusan final, Anwar Usman tetap kembali memiliki wewenang sebagai ketua MK. Itu artinya, sengketa Pemilu termasuk sengketa Pilpres di MK, akan ditangani oleh Paman Usman.
Apalagi, Paman Usman masih berstatus sebagai hakim MK. Proses mengadili perkara di MK, dilaksanakan secara kolektif oleh 9 hakim MK. Sehingga, membawa perkara ke MK sama saja masuk desain Pemilu curang yang telah dipersiapkan rezim, sebagaimana ulasannya telah lengkap dijelaskan dalam film Dirty Vote.
Mau chaos, telah disiapkan institusi TNI Polri. Mau menggunakan hukum, telah ditunggu di MK. Semua celah, telah ditutup rapat.
Paling, parpol tetap akan melakukan gugatan ke MK, sambil mengerahkan massa untuk menekan. Targetnya, bukan kemenangan putusan MK. Melainkan, menjadi bahan negosiasi dengan rezim.
Kisah klasik Pilpres 2019 bisa terulang. Rakyat hanya menjadi tumbal, melawan Pemilu curang, namun akhirnya parpol dan Paslon berbagi kekuasaan dengan pemenang. Selanjutnya, rakyat dibiarkan tenggelam sendirian.
Karena itu, umat Islam harus segera mengambil pelajaran. Jangan sampai ada lagi yang menjadi korban bahkan tumbal petualang kekuasaan.
Umat Islam harus segera menyadari, bahwa Demokrasi bukan jalan Islam. Umat Islam harus kembali ke jalan dakwah, meneladani perjuangan Rasulullah Saw saat mendirikan kekuasaan, hingga akhirnya beliau berkuasa di Madinah. Beliau saat itu giat dakwah dan berdakwah, sambil mencari Nushroh. Aktivitas tholabun Nushroh, menjadi aktivitas penting untuk meraih kekuasaan untuk menerapkan syariat Islam.
Alllah SWT menjanjikan umat Islam mulia dengan Islam. Rasulullah Saw telah mengabarkan akan kembalinya Khilafah. Karena itu, umat Islam harus berfokus pada perjuangan penegakan Khilafah, demi izzul Islam wal muslimin. Bukan yang lain.@
*) Sastrawan Politik
Discussion about this post