IKN Dalam Skeptisisme
Januari 28, 2023
SIAGAINDONESIA.ID Rekan sejawatnya lebih akrab memanggilnya Umar petinju. Perawakannya yang kekar sering menjadi andalan dan tumpuan untuk menyelesaikan jika ada...
Read moreOleh: KH Luthfi Bashori
ORANG yang sengaja menyembunyikan pemahaman ilmu agama kepada pihak-pihak yang membutuhkan, atau memanipulasi kebenaran ilmu, padahal ilmu tersebut merupakan suatu amanat, maka terkutuklah ia. Adapun yang mengutuk bukan hanya dari kalangan manusia saja, melainkan semua hewan pun ikut mengutuknya.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Orang yang menyembunyikan ilmunya, pasti dilaknat oleh segala sesuatu, hingga ikan yang ada di laut dan burung yang ada di udara (turut melaknatnya pula).” (HR. Imam Ibnul Jauzi melalui Imam Abu Sa’id RA).
Contoh, saat ini sedang beredar video profesor ahli Tafsir, yang sengaja memanipulasi ayat toleransi, demi menjaga hubungan baiknya dengan kalangan orang-orang yang kafir kepada Allah, hingga berani memotong ayat Alquran, lantas memanipulasi tafsiran ayat tersebut, untuk disesuaikan dengan akal pikiran liberalnya.
Ketidakjujuran dalam menyampaikan ilmu agama, yaitu dengan cara memanipulasi ayat-ayat tertentu demi menyelaraskan pemikiran liberalnya, adalah perbuatan yang tercela dan sesat menyesatkan.
Dalam video itu, sang profesor ahli Tafsir tersebut menerangkan, bahwa umat Islam itu tidak boleh merasa paling benar sendiri terhadap keyakinannya yaitu ajaran Islam, apalagi menganggap penganut agama selain Islam, semisal Hindu, Budha, Yahudi, Nasrani, Konghucu, dll, adalah salah.
Menurutnya, urusan kebenaran suatu agama itu, tidak boleh dinilai saat masih berada dalam kehidupan di dunia, tapi kebenaran itu hanya akan ditentukan oleh Allah kelak di akhirat.
Jadi menurutnya, ada kemungkinan orang Islam akan dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan orang Hindu, Budha, Yahudi, Nasrani, Konghucu, dan orang kafir lainnya, justru akan dimasukkan ke dalam surga.
Runyamnya, ia menukil potongan ayat Alquran, namun sengaja dimanipulasi dan disesuaikan dengan pemahaman pribadinya, apalagi kalau bukan demi menyenangkan kalangan kafir.
Sang profesor berdalil dengan potongan ayat yang artinya, “Sesungguhnya kami atau kalian (orang-orang non muslim), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.”
Mengapa dikatakan sang profesor ini memanipulasi ayat?
Tentu akan dapat dipahami, jika umat Islam merujuk kepada ayat tersebut secara utuh, serta mengkaji tafsiran para ulama Salaf Aswaja.
Secara utuh dalam ayat tersebut, Allah SWT berfirman yang artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kalian dari langit dan dari bumi?” Katakanlah, “Allah,”. Sesungguhnya kami atau kalian (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Saba’, 24).
Sebenarnya, untuk memahami ayat ini tentu tidak dapat dipisahkan dengan ayat sebelumnya yang artinya, “Katakanlah (Muhammad kepada orang kafir musyrik), “Serulah mereka (berhala-berhala) yang kalian anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka (berhala-berhala itu) tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.” (QS. Saba’, 24).
Menurut Imam Ikrimah bin Abdillah Almaghraby, beliau adalah salah seorang pembesar ahli Tafsir dari kalangan Tabi’in, bahwa tafsiran ayat tersebut adalah, “Inaa nahnu ‘alaa hudan, wa innakum lafii dhalaalin mubiin (Kami umat Islam penyembah Allah) pasti dalam kebenaran, dan sesungguhnya kalian orang-orang kafir musyrik (para penyembah tuhan selain Allah) pasti dalam kesesatan yang nyata).”
Betapa jauh pemahaman sang profesor, jika dibandingkan dengan rentetan ayat serta pemahaman ahli tafsir dari kalangan ulama salaf, tentunya terkait ayat-ayat yang menerangkan batasan atau hukum toleransi dalam pergaulan di tengah masyarakat.
Toleransi antar umat beragama itu boleh dilakukan, seperti tidak saling mengganggu saat bertetangga, tapi mencampuardukkan ajaran agama-agama itu dilarang, bahkan dapat menyebabkan kemurtadan.
Toleransi antar umat beragama itu bisa dibenarkan jika tidak melanggar aturan syariat, namun memanipulasi ayat Alquran beserta pemahamannya itu, adalah perbuatan tercela yang sesat dan dilarang dalam Islam.
Kaedah mengatakan, barangsiapa yang meyakini bahwa semua agama itu benar, maka secara otomatis ia telah murtad dari agama Islam.@
*) Penulis adalah pengasuh pesantren Ribath Almurtadla & Pesantren Ilmu Alquran (Singosari-Malang)
Copyright © 2021 Siaga Indonesia