SIAGAINDONESIA.ID Wadah Kota Lama Surabaya belumlah hasil akhir dari sebuah proses yang bernama revitalisasi. Wadah ini masih sebuah gerbang emas untuk memasuki belantara tantangan dan peluang dalam pembangunan kota Surabaya.
Kota Lama Surabaya memang indah. Tapi tidak boleh terlena dengan keindahan itu karena proses pembangunan belum selesai dan masih panjang.
Melalui Kota Lama Surabaya sebagai gerbang emas dalam menapak peluang dan tantangan, siapapun warga kota Surabaya berhak mengisinya. Syukur, jika mereka telah tersulut inisiatifnya dalam berperan serta untuk mengisi belantara peluang dan tantangan dalam wadah Kota Lama Surabaya.
Setiap hari ribuan warga datang ke kota lama menikmati kota lama hingga mereka terbuai dan terlena dengan keindahan di sana. Berapa banyak dari mereka yang tergerak inisiatifnya untuk membuka dunia usaha dan berkreasi dalam mengambil peluang di sana?
Karenanya kota lama harus bisa memberi manfaat yang ekonomis agar terus berjalan hidup dan tidak mati di kemudian hari dalam hitungan hari. Boleh mati di kemudian hari tapi dalam hitungan puluhan tahun agar kota lama terus menghidupi warganya.
Kota Lama Surabaya nan indah tidak cuma karena kemegahan gedung gedungnya di sana sebagai peninggalan era kolonial. Tetapi harus disadari bahwa di sana ada keindahan budaya Nusantara yang menjadi kebanggaan anak bangsa. Apa itu? Mereka harus menggalinya dengan penuh kesadaran. Mereka tidak boleh terlena, terbuai dan terbius dalam keindahan dan tidak bisa berbuat apa apa kecuali sekedar menghayal berada di bumi Eropa.
Mereka herus bisa berbuat mengisi kota lama Surabaya zona Eropa dengan berbagai kegiatan kreatif yang ekonomis agar suatu hari bisa mengumpulkan pundi pundi sebagai modal pergi ke Eropa dalam dunia nyata.
Zona Eropa dalam wadah Kota Lama Surabaya hanya khayalan belaka. Zona Eropa di kota lama adalah Surabaya, di tanah Jawa. Maka ketika masih di ꦠꦤꦃꦗꦮ tanah Jawa, sangat elok jika mau berkreasi dan bahkan bekerja dan berkarya yang berbasis kearifan lokal.
Sinau Aksara Jawa adalah cara mengenal kearifan lokal Jawa. Dalam wadah dan wilayah Kota Lama Surabaya ini pernah ada dan masih ada bangsa Jawa dan bangsa Madura yang literasi aksaranya adalah Hanacaraka atau Carakan.
Sebuah langkah dan pemikiran bijak ketika pejabat dan perangkat Kelurahan Krembangan Selatan, yang mengampu wilayah Kota Lama Surabaya, khususnya zona Eropa, mau mengenal kembali Aksara Jawa melalui Sinau Aksara Jawa yang selama ini digelar di lingkungan RT3/RW10 Kelurahan Krembangan Selatan.
Lurah Sumadalana mengajak staf dan karyawan Kelurahan Krembangan Selatan Sinau Aksara Jawa dalam rangka mengisi dan meramaikan Kota Lama Surabaya. Melalui kegiatan literasi ini, Lurah Sumadalana ingin menunjukkan bahwa kelamaan (ketuaan) dari kata “lama” dalam frasa Kota Lama Surabaya tidak hanya dalam wujud benda seperti bangunan tetapi sesuatu yang tak benda (intangible).
Sesuatu yang bersifat intangible di tempat ini, salah satunya, adalah bahasa dan aksara. Khususnya Aksara Jawa. Melalui Sinau Aksara Jawa, lurah, staff hingga karyawan Kelurahan Krembangan Selatan turut melestarikan budaya literasi tulis Jawa sambil mengisi dan memaknai Kota Lama Surabaya.
“Saya ingin di wilayah saya bisa muncul identitas lokal yang memang berkearifan lokal. Yaitu Jawa. Misalnya ada rumah yang diberi papan nama pemilik rumah yang ditulis dalam aksara Jawa”, terang lurah Sumadalana ketika ditemui di ruang kerjanya.
Gagasan Sumadalana ini simpel dan bersahaja. Dalam wadah Kota Lama, pertanyaan kita adalah akan ada produk apa yang bisa dilahirkan oleh ribuan warga orang dan pengunjung yang datang berduyun duyun ke daerah tujuan wisata baru di kota Surabaya ini.
Tempat, dimana tim kelurahan Krembangan Selatan belajar aksara Jawa pada Jumat sore (12/7/2024), adalah istimewa. Yaitu bertempat di gedung yang tepat berusia 101 tahun. Bukan 101 malam.
Gedung itu adalah pabrik limoen Siropen yang bernama JC Van Dronggelen and Helfach yang dibuka sejak 1923. Pada tahun 2023 genap 100 tahun. Tahun ini 101 tahun.
Para pembelajar dari Kelurahan Krembangan Selatan ini sungguh tidak asing dengan aksara Jawa. Mereka memiliki dasar beraksara jawa karena pernah belajar aksara Jawa pada masa lalu. Kini mereka diingatkan kembali dengan masa lalu (nostalgia) melalui kegiatan Sinau Aksara Jawa yang digelar oleh komunitas budaya Puri Aksara Rajapatni, yang didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.@Nanang