SIAGAINDONESIA.ID Pengurus DPP Pelra pernah diingatkan Ketua DPD RI, La Nyala Mataliti. Pesannya. Pelra harus aktif menindaklanjuti program Solar Bersubsidi untuk pelayaran rakyat.
“Termasuk melakukan evaluasi internal terkait keluhan anggota Pelra terhadap biaya jasa penyaluran Solar Bersubsidi oleh Koperasi Pelayaran Rakyat yang dirasa terlalu tinggi,” papar La Nyalla Mataliti saat membuka Munas Pelra ke XIII di Jakarta beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui Kopelra Gresik disinyalir selain menaikkan harga untuk jumlah pesanan tertentu juga memungut biaya Rp 250 per liter untuk biaya angkut. Sedangkan Pertamina memberi insentif Rp 235 per liter untuk Kopelra.
“Ada dana 485 rupiah per liter yang diterima penyalur solar subsidi atau Kopelra,” ungkap La Nyala yang ditemui di tempat terpisah.
Hal senada juga dikatakan Koordinator Pengaturan Bahan Bakar Minyak BPH Migas, I Ketut Gede Aryawan. Dirinya menegaskan, Kopelra sebagai penyalur BBM kapal Pelra dilarang menjual solar diatas harga yang sudah ditetapkan.
Menurutnya, Personil Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas yang melakukan pengaturan, pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi di lapangan, terbatas dan minta pihak kepolisian untuk mengawasi operasional SPBB.
“Termasuk masyarakat jika ada yang mengetahui ada penyimpangan bisa lapor ke BPH Migas,” tegasnya di sela-sela acara.
Diperoleh bocor halus dari Ordal Kopelra Gresik, Harga di SPBU tidak sama dengan di SPBB Kopelra.
“Karena di Kopelra ada biaya taktis dan tracking per liternya Rp 7.100 sebelum kenaikan harga solar,” ungkapnya.
Sementara itu, Bendahara Kopelra Gresik, Acok melalui pesan singkat mengatakan Koperasi tidak pernah menjual solar subsidi dengan harga industri, karena hal tersebut bertentangan dengan prinsip koperasi yakni untuk mensejahterakan Anggotanya, dan Koperasi adalah badan usaha yg Anggota adalah pemilik koperasi itu sendiri.
Selain Nakhoda, pemilik kapal dan Agen Pelayaran yang ditemui siagaindonesia.id keluhkan adanya dugaan permainan harga solar subsidi .
“Kapal kapal yang kami ageni kondisinya tidak baik baik saja karena barang yang akan diangkut semakin susah,” jelas Syafei, dari salah satu Agen Pelayaran kapal Pelra yang nama aslinya tidak bersedia ditulis.
Dengan kondisi seperti itu, waktu yang dibutuhkan untuk labuh dan sandar semakin lama berarti biaya tambat labuh membengkak.
“Kondisinya Semakin parah jika harga solar subsidi dimarkup sebagian dengan harga industri,” jelasnya.@team
Discussion about this post