SIAGAINDONESIA.ID,- (Surabaya)- Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Unesa angkatan 2023 sukses melahirkan tiga karya film adaptasi dari karya novel. Pertunjukan itu ditampilkan dalam gelaran acara Screening Film Ekranisasi (Screfile) pada Jumat, 30 Mei 2025 di Gedung Pertunjukan Graha Sawunggaling, Unesa Kampus 2, Lidah Wetan, Surabaya.
Ketiga film tersebut adalah Tanah Lara, Pendosa yang Saleh, dan Rumah Jadah yang diadaptasi dari novel Tiang Garam karya Royyan Julian.
Sang penulis novel, Royyan Julian yang hadir langsung dalam pertunjukan tersebut mengapresiasi semangat dan hasil karya para mahasiswa. Penulis asal Pamekasan, Madura itu berpesan agar para mahasiswa terus melanjutkan potensi yang dimiliki dengan ikut serta di berbagai festival film.
“Saya melihat film hasil karya mahasiswa ini sebagai karya yang baru, meskipun terinspirasi dari karya novel saya, tetapi bisa berkreasi dengan baik, bahkan ada perspektif baru dalam setiap filmnya yang tidak didapat hanya dengan membaca novel saja,” terang penerima Anugerah Sastra Sutasoma 2024 itu.
Kegiatan screening film merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Prodi S-1 Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa sebagai luaran dari mata kuliah Ekranisasi.
“Setiap tahun, mahasiswa S-1 Sastra Indonesia melalui mata kuliah tersebut melakukan ekranisasi atau alih wahana dari karya sastra menjadi sebuah film. Tentu, karya sastra yang dipilih berasal dari berbagai karya sastrawan di Indonesia,” terang Ririe Rengganis, Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekranisasi.
Ia menjelaskan, ekranisasi adalah mengubah bentuk dari teks yang dibaca kemudian memvisualisasikan ke dalam bentuk film. Ekranisasi, terangnya, bukan hanya sekadar adaptasi melainkan sebuah proses yang di dalamnya terdapat pemertahanan dan perubahan ketika karya sastra di alih wahanakan menjadi film.
“Ini adalah bagian dari proses belajar mereka, harapannya tentu tidak berhenti sampai di sini karena dalam ekranisasi banyak hal yang harus diperhatikan, seperti riset tidak hanya membaca satu karya, tetapi juga riset masyarakat, kondisi sosial politik. Itu semua harus bisa dikorelasikan,” terangnya.
Pembina Kemahasiswaan Prodi S-1 Sastra Indonesia, Moh Arif Susanto, turut mengapresiasi kesuksesan kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk pengajaran yang tidak hanya di kelas tetapi langsung berupa penilaian afektif dengan menghasilkan karya.
Menurut Arif, para mahasiswa telah mencapai aspek A5 yang menunjukkan rasa percaya diri dan saling support dan aspek C6 dalam pengetahuan, sedangkan dalam ranah keterampilan termasuk dalam aspek P5, yakni keterampilan menghasilkan karya cipta dengan ketepatan yang tinggi.
“Selanjutnya, kita bisa memastikan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari naskah dan film-film tersebut,” tegasnya. @AAM/SR
Discussion about this post