SIAGAINDONESIA.ID RS. Siloam Jl. Raya Gubeng, Surabaya dinilai lebih mengutamakan bisnis dan mengesampingkan faktor sosial.
“Margin tentu harus ada tetapi jangan sosialnya diabaikan,” ungkap salah satu tokoh Pamekasan, H. Wardan.
Diceritakan saat cucunya bernama Michael Azahra usia 2 bulan dirawat di RS Siloam selama 10 hari pelayanannya mengecewakan.
“Kami habis seratus lima juta untuk biaya perawatan Michael Azahra, tetapi pemberian obat lewat infus sempat dihentikan beberapa jam karena ada pembayaran yang tertunda,” ungkapnya kecewa.
Asupan obat dihentikan tanggal 24 Desember 2024 ketika pasien akan dirujuk ke RS-AL sekitar jam 11 siang dengan syarat harus menyelesaikan administrasi kekurangannya sebesar 40 juta.
“Sampai jam 9 malam saya baru dapat uang 20 juta, pihak siloam terus mendesak” jelasnya.
Ditambahkan, keluarga memutuskan untuk memperpanjang.
“Besoknya cucu saya kondisinya drop dan ketika ditanyakan oleh ayah pasien tentang hal tersebut, dijawab oleh perawat karena sempat dihentikan pengobatannya karena masalah administrasi.
Lebih lanjut dikatakan H. Wardan, RS Siloam gegabah dengan menghentikan sementara pemberian obat melalui selang infus.
“Ini kan berbahaya menyangkut nyawa manusia” tukasnya.
Sebagai tokoh masyarakat Pamekasan yang punya pengalaman pahit dengan RS. Siloam dirinya menghimbau masyarakat untuk mencari rumah sakit lain saja.
“Saya kecewa pelayanan RS Siloam, saya juga jengkel ketika diminta biaya tambahan perawatan saat mau pindah ke RS. Dr. Soetomo dengan kondisi pasien yang tidak ada kemajuan,” jelasnya.
Hingga berita ini tayang, RS Siloam yang dikonfirmasi melalui admin NICU belum merespon. @masduki
Discussion about this post