SIAGAINDONESIA.ID Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyerukan Ende menjadi tempat rahim Pancasila.
Hal ini disampaikan Staf BPIP Antonius Benny Susetyo dalam rangkaian acara Simposium Nasional Perayaan 77 Tahun Hari Lahir Pancasila dan HUT III Gerakan Pembumian Pancasila.
Menurutnya, Ende menjadi saksi kebangkitan Soekarno dalam perjalanan politiknya di masa penjajahan Belanda.
“Bung Hatta mengatakan bahwa saat Bung Karno dibuang ke Ende, dia mengalami perasaan sedih dan merasa dijauhkan dari masyarakat. Tetapi dari Ende, lewat gerakan dengan pater-pater, Soekarno bangkit, Soekarno tercerah. Sarana perpustakaan dari pater-pater Serikat Sabda Allah yang sekarang menjadi Serambi Soekarno, membuat Soekarno mendapatkan apa arti kemanusiaan, keadilan, ketuhanan, dan persatuan,” ujar Benny dalam keterangan tertulis, Selasa (31/5/2022).
“Lewat pater-pater tersebut, dia mendapatkan teman diskusi, menemukan proses berdialog, dan menemukan Pancasila sebagai tatanan budaya baru,” ujarnya.
Benny menyatakan ada cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menunjukkan cinta dan melestarikan warisan pemikiran ini.
“Pancasila harus menjadi habitus bangsa. Pancasila harus diimplementasikan kepada pendidikan. Maka, pada tanggal 1 Juni ini, Pak Jokowi akan menjadikan Pancasila menjadi pendidikan resmi dan utama untuk PAUD sampai Perguruan Tinggi ini,” papar dia.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini pun tidak lupa menyebutkan peran Ketua Dewan Pengarah, Megawati Soekarnoputri dan almarhum Buya Syafii Maarif.
“Ini juga usaha dari Ibu Megawati dan Buya. Mereka mengatakan Pancasila harus menjadi living dan working ideology. Living artinya sudah mendarah daging dalam diri kita. Working ideology diwujudkan dalam sila ketiga dan kelima Pancasila. Kesejahteraan dan persatuan bangsa,” jelasnya.
Benny menambahkan bahwa pemerintahan Joko Widodo saat ini sedang berproses mengimplementasikan dan mewujudkan Pancasila sebagai working ideology tersebut.
“Lihat sekarang, pembangunan sudah tidak hanya daerah Jawa. NTT sekarang siap untuk menjadi tuan rumah Perayaan Hari Lahir Pancasila. Ada infrastruktur, waduk untuk menampung air. Itu semua terjadi di pemerintahan Pak Jokowi. Memang tidak semuanya memuaskan, tetapi dilaksanakan dengan rasa kemanusiaan, kerakyatan, dan keadilan,” tuturnya.
Benny pun menambahkan bahwa pendidikan Pancasila bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluar.
“Pancasila juga perlu diaktualisasikan dalam keluarga. Dongeng, pantun, permainan tradisional, itu semua harus dilakukan kembali. Pembumian Pancasila bukan hanya dari pendidikan formal, dan juga informal. Dan Pak Jokowi menyadari pentingnya pendidikan ini, lewat ditetapkannya pendidikan Pancasila lewat PP Nomor 4 Tahun 2022,” katanya.
Benny menutup paparannya dengan sebuah seruan kepada masyarakat Ende.
“Ende adalah kerahiman ibu pertiwi. Ende adalah bumi Pancasila. Marilah kita belajar tentang sejarah Soekarno dan Pancasila. Selamat memperingati hari 1 Juni, semoga Pancasila selalu berjaya di bumi pertiwi,” pungkas dia.
Senada disampaikan Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono. Menurutnya, ada sejumlah keistimewaan Ende dalam pandangan BPIP hingga diputuskan menjadi pusat peringatan Hari Lahir Pancasila.
Prof Hariyono menyebut, di Ende inilah ada ruang bagi Bung Karno yang biasanya sangat sibuk mengkonsolidasikan perjuangan nasional, untuk merenungkan dasar-dasar negara yang kelak akan dia pimpin. Di Ende, Bung Karno sadar bahwa Indonesia itu bukan hanya Jawa.
Karena di Ende ini memiliki etnis dan agama yang beragam. Walaupun Bung Karno adalah pejuang dan tokoh dari kalangan Islam, tapi di Ende dia juga berdiskusi dengan tokoh-tokoh agama lain.
“Dari sinilah Ketuhanan menurut Bung Karno tak bisa dipersempit menjadi ketuhanan bagi agama tertentu,” kata Prof Hariyono di Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende di sela acara Parade Kebangsaan untuk menyambut puncak Hari Lahir Pancasila, Sabtu (28/5/2022) sebagaimana dikutip dari laman bpip.go.id.
Selain itu, kata Prof Hariyono yang berlatar belakang seorang guru besar sejarah dari Universitas Negeri Malang, masyarakat Ende memiliki kemandirian. Ini terbukti bahwa Ende baru bisa takluk dan dijajah oleh Belanda pada 1917.
Selanjutnya, lanjut Prof Hariyono, masyarakat Ende sangat mendukung toleransi. Meskipun, ada etnis dan agama yang berbeda, tetapi masyarakatnya saling berinteraksi.
“Bung Karno menilai Ende adalah miniaturnya Indonesia,” kata Prof Hariyono.
Kemudian, Ende juga adalah wilayah yang mencerminkan kemaritiman. Makanya, ketika Bung Karno pidato pada 1 Juni 1945, dikatakan bahwa Indonesia bukan hanya kelautan tetapi lautan yang ditaburi pulau-pulau. Sehingga, negara kepulauan ini tak bisa disatukan jika tidak memiliki dasar negara yang berakar dari nilai-nilai masyarakat.
“Maka ketika di Ende, lima mutiara (sila Pancasila) sudah terlihat dan itulah peran Ende,” kata Hariyono.
Prof Hariyono mengatakan, Ende adalah salah satu rahim proses kelahiran Pancasila dengan keistimewaannya. Makanya, BPIP ingin peringatan hari lahir Pancasila ke depannya dirayakan di daerah-daerah yang memiliki peran dalam proses sejarah terbentuknya Pancasila.
“Ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa Pancasila itu bukan hanya milik orang Jawa, tetapi ada Bengkulu, Banda, hingga Boven Diegul,” kata Prof Hariyono.
Selain itu, ini mendukung konsep pemerintahan Jokowi. Yakni, membangun Indonesia bukan hanya dari pusat tetapi dari daerah.
“Karena Indonesia adalah milik seluruh rakyat,” demikian Prof Hariyono.@