SIAGAINDONESIA.ID Politikus India, Nupur Sharma dianggap menghina Nabi Muhammad SAW dan istrinya Aisyah RA. Nupur melontarkan ucapan tersebut dalam sebuah acara debat di stasiun televisi pekan lalu.
Dalam perdebatan di sebuah acara TV Nupur telah mengolok-olok Al-Qur’an dengan mengatakan ‘Bumi itu datar’ bahkan mengolok-olok Nabi Muhammad karena menikahi gadis yang masih kecil.
Partai Bharatiya Janata (BJP) telah menskors Nupur Sharma dan Naveen Kumar Jindal usai keduanya dianggap menghina Nabi Muhammad SAW.
Pihak BJP mengatakan, tindakan yang dilakukan kedua anggotanya itu sangat tercela dan tidak menghormati agama mana pun.
Kendati demikian, dunia tetap bereaksi. Persoalan itu membuat duta besar India untuk Kuwait dan Qatar dipanggil pada Minggu kemarin.
Alasan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Qatar memanggil Dubes India adalah untuk menyampaikan pernyataan berupa kekecewaan Qatar serta mengecam pernyataan kontroversial oleh Sharma dan Jindal.
Pihak Qatar berharap pemerintah India membuat permintaan maaf kepada publik.
“Negara Qatar meminta pemerintah India untuk segera mengutuk pernyataan ini dan secara terbuka meminta maaf kepada semua Muslim di seluruh dunia,” kata juru bicara Kemenlu Qatar Majed Mohammed Al Ansari, seperti dikutip dari Al Jazeerah, Senin (6/6/2022).
Sementara Kemenlu Kuwait juga melayangkan nota protes terhadap pemerintah India.
Sementara itu Presiden Haramain Sheikh Abdurrahman Al Sudais juga mengutuk keras pernyataan Nupur.
“Tindakan yang memalukan,” ungkap Presiden Haramain.
Kepresidenan Umum urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, atas nama seluruh organisasinya, termasuk para khatib, imam, cendekiawan, dan karyawannya, mengecam semua pernyataan politikus India itu karena dianggap menyinggung Nabi Muhammad SAW.
Pihak Arab Saudi mengatakan, pernyataan yang dilontarkan Nupur merupakan tindakan yang keji dan dianggap tidak menghormati semua agama. Orang seperti Nupur, menurut Al Sudais, dianggap belum mengetahui biografi Nabi Muhammad secara asli.
“Semoga doa dan kedamaian Allah atasnya (Nabi Muhammad SAW) karena dia adalah yang terbaik yang pernah ada menapaki bumi, cahaya kemanusiaan, dan rahmat yang dianugerahkan kepada alam semesta,” pungkasnya.
Di Indonesia, tagar #BoikotIndia bergema di media sosial Twitter. Bahkan menjadi trending topic pada Senin (6/6/2022).
Warganet Indonesia terlihat geram atas ucapan yang dikeluarkan wanita yang juga menjadi Juru Bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) ini. Salah satunya @Muhammad_Saewad yang mengharapkan India belajar dengan Indonesia bagaimana cara menghormati minoritas.
“Mengecam keras pernyataan politisi India dari Partai BJP Nupur Sharma yang menghina Rasulullah. Kami berharap pak @Jokowi segera mengambil sikap tegas dgn ikut mengecam hal ini. India harus byk belajar dari Indonesia bgmna mayoritas menghormati yang minoritas,” tulis @Muhammad_Saewad.
“Peryataan manusia nupur sharma tsb mengganggu kedamaian umat Muslim dibelahan dunia.semoga Allah beri petunjuk baginya.”tulis@NdarahS
“Negara Indonesia emg banyak kekurangan tp saat kayak gini gua bersyukur jd orang Indo krn toleransinya bagus, ras & beda2 agama tp masih saling menghargai walaupun emang kadang ada oknum rasis tp setidaknya ga kayak di India yg terang2an saling benci satu sm lain,”tulis @Teumquinn
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, M Din Syamsuddin juga menyesalkan pernyataan Nupur dan mendesak pemerintah Indonesia mengirimkan nota protes.
“Penghinaan Nupur Sharma adalah manifestasi kebodohan, kesombongan, dan kekerasan verbal yang nyata. Dan merupakan bentuk Islamofobia yang melanggar etika global,” tegas Din Syamsuddin dalam keterangannya, Selasa (7/6/2022).
Din Syamsuddin menyebut pernyataan Nupur yang bernada Islamofobia itu sejatinya merupakan bentuk inferioritas dan ketakutan (terhadap Islam). Maka sebaiknya umat Islam memaafkan sambil memperingatkan agar ia jangan mengulangi lagi kesalahannya.
Lanjut Din, PM Narendra Modi juga tidak cukup dengan menskor Sharma, tapi harus memecatnya dari keanggotaan Partai BJP. Sebab perbuatannya akan mengganggu kerukunan antara umat Islam dan umat Hindu, serta tidak mencerminkan toleransi dan sikap hidup berdampingan secara damai.
“Pemerintah Indonesia, sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim, seyogyanya melayangkan Nota Protes atau Penyesalan,” kata mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini.
Menurut Din Syamsuddin, wajar kalau umat Islam Indonesia melakukan protes. Akan tetapi, diharapkan tetap bersikap tenang dan tidak bertindak melampaui batas.
“Mari kita yakini, sebesar apapun penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW, oleh sebanyak siapapun pelakunya, sama sekali tidak akan mengurangi keagungan dan keluhuran Islam serta kemuliaan Nabi Muhammad SAW,” pungkasnya.@