SIAGAINDONESIA.ID Dinas Perhubungan Jatim gerak cepat mengantisipasi kemacetan pantura jalur Situbondo-Ketapang, Banyuwangi. Pelabuhan Jangkar Situbondo akan direnovasi sehingga layak menjadi pelabuhan penyeberangan. Data dari LPSE Jatim Tahun 2024, tahap pertama akan dilakukan Tender Pengawasan Pembangunan Pelabuhan Jangkar sebesar Rp. 490 juta. Langkah cepat Dishub Jatim mendapat respon positif dari Masyarakat Transportasi Maritim (MTI) Jatim.
“Gagasan Kadishub, Pak Nyono ini luar biasa dan teroboson yang cerdas,” jelas anggota MTI Jatim. Salehwangen Hamsar.
Setiap liburan panjang jalur pantura mulai dari Situbondo hingga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, macet hingga ber jam-jam. Saat Idul Adha pada April 2023 lalu misalnya, kemacetan hingga berhari hari. Tak sedikit yang menilai bahwa saat itu Pelabuhan Ketapang overload. Wajar karena terlihat kendaraan multi jenis harus antri sampai 11 jam sebelum menyebrang Ke Gilimanuk, Bali. Padahal, sedikitnya ada 48 kapal penyeberangan yang disiapkan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) di lintas penyeberangan itu.
Namun tetap terlihat kewalahan menyebrangkan ribuan kendaraan dari dan ke Gilimanuk, walaupun rata-rata per unit kapal tercatat beroperasi 224 trip per hari, dengan lama perjalanan kurang lebih 1 jam. Jika dicermati sejak dioperasikannya jalan Tol Probolinggo tahap dua, sekitar awal tahun ini, kepadatan arus lalu lintas Situbondo-Banyuwangi semakin meningkat.
Seperti yang pernah diberitakan, jarak Merak-Probolinggo semakin dekat. Artinya, perjalanan dari Merak menggunakan koridor Trans Jawa semakin cepat. Jarak tempuh Merak-Probolinggo yang sebelumnya ditempuh lebih dari 20 jam, dengan beroperasinya Tol Probolinggo Timur hanya ditempuh 12 jam.
Dampaknya penumpukan kendaraan terjadi antara Situbondo-Banyuwangi yang belum dilalui Tol. Kemacetan lebih parah hingga 25 kilometer menjelang Pelabuhan Ketapang seperti yang terjadi pada musim liburan lalu. Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Tol Road dari Merak tuntas hingga Banyuwangi tahun depan. Perjalanan hampir 800 kilometer tersebut hanya akan ditempuh dalam waktu 15 jam.
Masalahnya jika sarana dan prasarana di Pelabuhan Ketapang tidak dibenahi, serta tidak dicarikan solusinya, diperkirakan kemacetan terjadi di dalam ruas Tol.
Ada dua hal yang menjadi penyebabnya, yaitu Pertama, penambahan jumlah kapal diyakini tidak akan mengatasi masalah, kecuali kapasitas armada ferry dan khusus Landing Craft Tank 1000 DWT yang dizinkan dioperasikan sebagai kapal penumpang. Itu pun hanya mampu mengangkut 96 penumpang, 12 truk, dan 8 mobil. Atau minimal kapal yang layak dioperasikan untuk mengatasi botle neck di Pelabuhan Ketapang dengan menambah kapasitas kapal yang selama ini rata rata 1000 DWT diganti dengan ukuran kapal yang lebih besar, yaitu 2000 DWT.
Kedua, Pelabuhan Ketapang harus dikonstruksi ulang untuk bersandar kapal kapal besar dan daya tampung di area parkir lebih luas dan nyaman, bukan diatasi dengan membuat jembatan di Selat Bali, karena akan membunuh usaha jasa penyeberangan, serta sama artinya dengan mengusung darat ke laut, yang sama artinya dengan menyingkikan kearifan bangsa Bahari.
Untuk kondisi darurat mengurai kemacetan jalur Situbondo-Banyuwangi, ada empat pelabuhan bisa difungsikan, di Situbondo, Pelabuhan Jangkar milik Pemkab Situbondo, Pelabuhan Kalbut, Tanjung Kamal dan Panarukan milik Kementerian Perhubungan yang idle capacity bisa dioperasikan.
Tidak semua penyeberang Ketapang-Gilimanuk tujuan ke Pulau Bali, banyak pula diantaranya yang mengambil tujuan akhir di Pulau Lombok. Pelabuhan Jangkar dan tiga pelabuhan lainnya dapat difungsikan untuk dijadikan sarana ke Bali dan Lombok dengan tujuan Gilimanuk dan Pelabuhan Lembar. Dua kapal Ferry yang diopeasikan dari Pelabuhan Jangkar sudah dioperasikan oleh Pemkab Situbondo.
Hal yang perlu dilakukan untuk kelancaran menuju Jangkar adalah peningkatan infrastruktur jalan dari jalan raya pantura Jawa-Bali ke Pelabuhan Jangkar, Kecamatan Jangkar.
Infrastruktur jalan menuju Pelabuhan Jangkar perlu dilakukan pelebaran jalan atau ditingkatkan kelas jalannya untuk akses kendaraan truk berukuran besar maupun kendaraan berat lainnya yang akan menyeberang ke Lembar maupun Gilimanuk.
Pelabuhan Jangkar selama ini melayani angkutan penyeberangan laut ke Pulau Raas, Pulau Sapudi, Pulau Kangean dan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Madura. @masduki