SIAGAINDONESIA.ID – Niat dan kegigihan Miftakul Janah (29) dalam menekuni usaha bakso patut menjadi inspirasi. Ibu dua anak yang bertempat tinggal di desa Berbek Badongan II Raya Sidaorjo dikenal sebagai perempuan pekerja keras.
Ibarat pepatah Nasi tak dingin pinggan tak retak, engkau tak ingin aku tak hendak. Itulah kalimat yang menggambarkan diri Mitha, begitu panggilan akrabnya dalam usahanya merintis berjualan bakso. “Merintis usaha dari nol, tidaklah mudah. Perlu kerja keras dan tidak bisa instan,” terang Mitha.
Mitha memulai berjualan bakso dua tahun lalu, tepatnya pada 2022. Dia berkolaborasi dengan mengambil perlengkapan bakso dari pengusaha bakso kenalannya yang sudah punya nama. “Saya tinggal jual saja,” ujarnya.
Perempuan muda itu memutuskan mau berjualan bakso karena sudah tidak bekerja dan banyak kebutuhan keluarga yang perlu tambahan income. Karena itu, ketika ditawarkan pekerjaan sebagai penjual bakso, dia bersedia. “Hitung-hitung bisa bantu pendapatan keluarga,” ucapnya.
Walau hanya dengan upah 75 ribu perhari, tak menyurutkan tekad Mitha berjualan bakso. Dia berprinsip berapapun yang didapatkan, dia legowo menerima. Baginya, sekecil apapun upah yang diterima tetap harus disyukuri. “Setidaknya, bisa sedikit membantu perekonomiaan keluarga,” bebernya.
Inovasi Kuah Bakso
Mitha menceritakan perjalanannya berjualan bakso banyak kisah bahagia dan sedih. Dia bahkan sempat mencoba untuk menutup usaha bakso miliknya. Tapi, dia tetap berusaha semaksimal mungkin mempertahankan.
Dalam perjalanannya, perempuan pekerja keras itu selalu berupaya memikirkan berbagai cara untuk menginovasi usaha baksonya. Akhirnya, dia menemukan ide membuat kuah bakso dengan kreasinya sendiri dan tentu berkordinasi dengan sang pemilik usaha bakso. “Saya ingin ada pembeda antara bakso yang saya jual dengan bakso yang dijual oleh pesohornya,” ungkapnya.
Tercetuslah ide membuat kuah bakso yang simple tapi tetap berkaldu dan dapat dinikmati semua umur. Rupanya, inovasi Mitha mendapatkan respon positif dari pelanggan. Banyak warga yang menyukai kuah bakso yang dijual karena rasa kuahnya yang ‘nendang’, nikmat, dan cocok untuk mereka. “Alhamdulillah, inovasi kuah bakso itu mendapatkan respon yang baik sehingga meningkatkan penjualan,” tambahnya.
Mitha bersyukur, usaha penjualan baksonya kini banyak diminati masyarakat. Setidaknya, dalam satu bulan, dia bisa mendapatkan omset kisaran Rp 2.000.000. “Alhamdulillah, banyak diminati masyarakat setempat, biasanya digunakan untuk sajian beberapa acara tertentu di warga sekitar,” tandasnya senang (*)
Penulis: Diva Amalia Pristiansyah (Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unesa)
@Editor: Basyir Aidi