Oleh: M Rizal Fadillah
HUKUM sejarah akan berlaku, penguasa yang hanya memikirkan kekuasaan dan kekayaan dirinya atau keluarganya semata akan digilas oleh kekuatan rakyat. Ia membuat diskrepansi antara kemewahan rumah atau istananya dengan kesulitan atau kesengsaraan rakyatnya. Di tengah tampilan palsu sederhana, Jokowi adalah figur politik yang rakus dan sombong. Kepura-puraannya luar biasa, mahir dalam mengeluarkan air mata buaya.
Jokowi tidak pernah mencari solusi dari masalah, bahkan pola menghindar dan ketidakpedulian atas masalah selalu membuat masalah-masalah baru. Akhirnya bertumpuk dan inilah kerentanan yang potensial menghancurkannya. Tidak terampuni oleh status sebagai mantan penguasa. Rakyat sulit memaafkan dosa-dosa politiknya. Ujung karier bagi orang model seperti ini adalah kepahitan dan kehancuran. Gila atau mungkin bunuh diri.
Kecurangan untuk mendapat jabatan tidak mudah dilupakan, ratusan petugas yang membantu kemenangannya tewas misterius, begitu juga dengan pendemo dan yang tidak dalam barisannya terbunuh dalam unlawful killing, pemborosan dan korupsi, serta kebohongan dahsyat termasuk sorotan atas kebijakan oligarkis dan pemalsuan dokumen akademik.
Pola sandera dan blackmail membangun ketakutan dan kepatuhan, sementara perangkulan dan pembayaran menciptakan loyalitas pragmatis. Jokowi mampu menyihir dengan janji-janji dan jasa-jasa. Mengorganisasi komunitas penjilat dan budak-budak. Rusak negara dipimpin oleh orang yang without values atau menghalalkan segala cara.
Pemimpin seperti ini biasanya alot, ulet tapi seperti ulat menjijikan dan dapat menyebabkan gatal-gatal. Meskipun demikian jika faham dan benar pengendaliannya, maka dengan sekali semprot hama masyarakat ini akan kelojotan tidak berkutik. Mati.
Kehancuran Jokowi semakin dekat. Sinyalnya semakin kuat. Ternyata soal ijazah sangat mengganggu fikiran. Ia menyatakan merasa terhina sehina-hinanya dan direndahkan serendah-rendahnya. Ada nepotisme dan korupsi yang bakal menghadang dan menjadi agenda. Belum lagi penghianatan dan penginjak-injakan ideologi negara. Mengubah Garuda menjadi Naga.
Tiga kehancuran menghadang, yaitu :
Pertama, kehancuran martabat atau harga diri. Jokowi saat ini sudah ambruk. Sulit mendapatkan pandangan hormat dari masyarakat atas reputasi diri. Hanya sisa-sisa loyalis tercecer seperti kader PSI yang membabi buta. Lainnya orang-orang bayaran. Ada uang disayang, tidak ada uang abang ditendang.
Kedua, kehancuran fisik dan mental. Terbaca dari sakitnya yang mempengaruhi tampilan fisik. Wajah menua, bengkak atau pucat. Komunikasi menjadi berjarak. Jokowi meski mencoba tenang, tapi gestur menggambarkan stress berat. Mental dipastikan labil dan mulai teralienasi.
Ketiga, kehancuran harapan. Museum kenangan heroisme yang tadinya ingin dibangun, gagal direalisasikan. Rumah di Solo tidak akan menjadi istana tetapi sasaran caci maki akibat perilaku korupsi. Penjara dan kehancuran keluarga terus membayang. Tidak seorang dukun pun yang mampu menolong.
Jokowi akan menjadi ceritra dari manusia palsu, munafik bahkan musyrik. Presiden terburuk dalam sejarah bangsa. Siapa yang bersandar padanya akan ikut jatuh bahkan hancur pula.
“Katakanlah ‘Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS Ali Imron 26).@
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Discussion about this post