Oleh: KH. M. Shiddiq Al-Jawi
Keutamaan 10 Hari Pertama di Bulan Dzulhijjah
Allah SWT terkadang memberi keutamaan atau kelebihan dalam hal pahala kepada para hamba-Nya, pada tempat-tempat tertentu (misalnya sholat di Masjidil Haram), dan pada waktu-waktu tertentu (misalnya beribadah di malam Lailatul Qadar).
Terkait bulan Dzulhijjah, Allah SWT telah memberi banyak keutamaan untuk bulan Dzulhijjah ini, sehingga disyariatkan amal-amal shaleh pada bulan Dzulhijjah itu, baik yang wajib maupun yang sunnah, khususnya pada 10 (sepuluh) hari pertama bulan Dzulhijjah.
Dalil yang menunjukkan keutamaan 10 (sepuluh) hari pertama bulan Dzulhijjah, adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Dalil Qur`an, adalah firman Allah SWT:
وَالْفَجْرِوَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi waktu fajar, demi malam yang sepuluh.” (QS Al-Fajr : 1-2).
Yang dimaksud dengan “demi malam yang sepuluh” (Arabnya : وَلَيَالٍ عَشْرٍ) adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. (Tafsir Ibnu Katsir; 8/390).
Dalil As-Sunnah, di antaranya dua hadits Nabi SAW berikut ini :
Pertama, hadits Ibnu ‘Abbas RA sbb :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا الْعَمَلُ فِيْ أيَّامٍ أفْضَلَ مِنْهَا فَيْ هَذِهِ، قَالُوْا: وَلاَ الْجِهَادُ؟ قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ، إلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بشَيءٍ. رواه البخاري برقم 969
Dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak ada amal shaleh yang lebih afdhol (utama) daripada yang dilakukan pada hari-hari ini,” (yakni 10 hari pertama Dzulhijjah).” Para shahabat bertanya,”Tidak juga (lebih afdhol dari( jihad fi sabilillah?” Rasulullah SAW menjawab,“Tidak juga lebih afdhol dari jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan mengkhawatirkan nasib diri dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.” (HR. Al-Bukhari, no. 969).
Kedua, hadits Ibnu ‘Umar RA sbb :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ أيَّامٍ أَعظَمَ عِنْدَ اللهِ، وَلاَ أَحَبَّ إلَيهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ؛ فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ، وَالتَّْكْبِيْرِ، وَالتَّحْمِيْدِ. رواه أحمد 5446
Dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah, dan tidak ada amal shalih pada hari-hari itu yang lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah). Maka banyak-banyaklah kamu pada hari-hari itu untuk bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.” (HR. Ahmad, no. 5446).
Amalan-Amalan Pada 10 Hari Pertama Dzulhijjah
Telah disyariatkan berbagai amal shaleh pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, antara lain adalah :
Pertama, disunnahkan memperbanyak puasa dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 9 Dzulhijah karena Nabi SAW telah menganjurkannya, berdasarkan hadits dari Hunaidah bin Khalid, dari istrinya :
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
Dari sebagian istri Nabi SAW, dia berkata.“Rasulullah SAW biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), pada tiga hari setiap bulannya, dan pada hari Senin dan Kamis pada setiap awal bulan.” (HR. Abu Dawud, no. 2437. Syaikh Nashiruddin Al-Albani berkata hadits ini shahih).
Kedua, disunnahkan secara khusus puasa Hari Tarwiyah (Yaum Tarwiyah) pada tanggal 8 (delapan) Dzulhijjah berdasarkan dalil umum disyariatkannya amal shaleh pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ أيَّامٍ أَعظَمَ عِنْدَ اللهِ، وَلاَ أَحَبَّ إلَيهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ. رواه أحمد 5446
Dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah, dan tidak ada amal shalih pada hari-hari itu yang lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah).” (HR. Ahmad, no. 5446).
Ketiga, disunnahkan secara khusus puasa Hari Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah bagi mereka yang tidak sedang berwukuf di Arafah :
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، إِنِّي أحْتَسِبُ عَلىَ اللهِ أنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبلَهُ، والسَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ، إِنِّي أحْتَسِبُ عَلىَ اللهِ أنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ.رواه مسلم وأبو داود وأحمد والترمذي وابن ماجه وابن حبان واللفظ له
Dari Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda,”Puasa pada Hari Arafah (9 Dzulhijjah) sesungguhnya aku berharap kepada Allah agar Allah mengampuni dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya. Puasa ‘Asyura (10 Muharram) aku berharap kepada Allah agar Allah mengampuni dosa satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban. Redaksi hadits ini adalah menurut Imam Ibnu Hibban).
Keempat, disunnahkan memperbanyak dzikir dan doa pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, sesuai firman Allah SWT :
ليَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ [الحج: 28]
“(Jamaah haji berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan supaya menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj : 28).
Ibnu Abbas RA menafsirkan firman Allah “pada beberapa hari yang telah ditentukan“ (redaksi Arabnya فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ) maksudnya adalah “sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah” (أيَّامُ العَشرِ «يعني: العَشر الأُوَل من ذي الحجَّة). (HR. Al-Bukhari, no. 969).
Selain berdalil firman Allah SWT dalam QS Al-Hajj : 28 tersebut, sunnahnya memperbanyak dzikir dan doa pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, juga berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Umar RA sbb :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ أيَّامٍ أَعظَمَ عِنْدَ اللهِ، وَلاَ أَحَبَّ إلَيهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ؛ فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ، وَالتَّْكْبِيْرِ، وَالتَّحْمِيْدِ. رواه أحمد 5446
Dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah, dan tidak ada amal shalih pada hari-hari itu yang lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah). Maka banyak-banyaklah kamu pada hari-hari itu untuk bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.” (HR. Ahmad, no. 5446).
Kelima, disunnahkan melakukan takbir mutlak, dari pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, sesuai firman Allah SWT :
ليَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ [الحج: 28]
“(Jaamah haji berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj : 28).
Menyebut nama Allah (berdzikir), termasuk ke dalamnya adalah ber-takbir mutlak, yakni takbir yang tidak terikat dengan suatu keadaan, yang dapat dilakukan di rumah, pasar, masjid, jalan, dsb. (Imam Nawawi, Al-Majmū’, 6/32; Ibnu Rajab al-Hanbali, Fathul Bari, 6/130).
Keenam, disunnahkan menyembelih hewan kurban (pada 10 Dzulhijjah), sesuai hadits ‘A`isyah RA sbb :
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ، إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا، وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ،فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا. رواه الترمذي برقم 1493 واللفظ له، وابن ماجه برقم 3126
Dari A`isyah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah seorang anak Adam melakukan suatu perbuatan pada Hari Nahr (10 Dzulhijjah) yang lebih dicintai Allah daripada menyembelih kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu akan datang pada Hari Kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban tersebut akan sampai kepada Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi. Maka, hendaklah jiwa kalian ikhlas dalam berkurban!” (HR. Al-Tirmidzi, no. 1493; dan Ibnu Majah, no 3126).
Amalan-Amalan Selepas Tanggal 10 Bulan Dzulhijjah dan Amalan di Bulan Dzulhijjah Sebagai Salah Satu Bulan-Bulan Haram
Setelah tanggal 10 Dzulhijjah, masih disyariatkan sebagian amal-amal shaleh di bulan Dzulhijjah, antara lain :
Pertama, disunnahkan banyak berdzikir dan berdoa, pada hari Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) dan tiga hari sesudahnya (Hari Tasyriq, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah) sesuai firman Allah SWT :
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
“Berzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang telah ditentukan jumlahnya.” (QS Al-Baqarah : 203).
Ibnu Abbas RA menafsirkan firman Allah “pada hari-hari yang telah ditentukan jumlahnya“ (redaksi Arabnya : فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ) maksudnya adalah “empat hari yang terdiri dari tanggal 10 Dzulhijjah, dan tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.” (Tafsir Ibnu Katsīr, 1/151).
Rasulullah SAW juga telah bersabda :
أيَّامُ التَّشريقِ أيَّامُ أَكْلٍ وشُربٍ وذِكْرٍ للَّهِ عزَّ وجلَّ
“Hari-hari Tasyriq (tangal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah) adalah hari-hari untuk makan-makan, untuk minum-minum, dan untuk berdzikir mengingat Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ibnu Majah, no. 1719; Ahmad, no. 17.379).
Kedua, disunnahkan memperbanyak puasa pada sepanjang bulan Dzulhijjah ini, sebagai salah satu bulan-bulan Haram (asyhurul hurum), yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab, berdasarkan dalil umum dalam masalah ini. (Imam Al-Nawawi, Al-Majmū’ Syarah Al-Muhadzdzab, 6/386; Imam Syaukani, Nailul Authār, hlm. 880; Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al-Jāmi’ li Ahkām As-Shiyām, hlm. 152).
Dalilnya hadis dari Abu Mujibah Al-Bahiliyah RA, dari ayahnya atau pamannya :
أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقُلتُ : يا نبيَّ اللَّهِ أَنا الرَّجلُ الَّذي أتيتُكَ عامَ الأوَّلِ ، قالَ : فما لي أرى جِسمَكَ ناحلًا ؟ قالَ : يا رسولَ اللَّهِ ما أَكَلتُ طعامًا بالنَّهارِ ، ما أَكَلتُهُ إلَّا باللَّيلِ ، قالَ : من أمرَكَ أن تعذِّبَ نفسَكَ ؟ قلتُ : يا رسولَ اللَّهِ إنِّي أقوَى ، قالَ : صُم شَهْرَ الصَّبرِ ، ويومًا بعدَهُ قلتُ : إنِّي أقوى ، قالَ : صُم شَهْرَ الصَّبرِ ، ويومَينِ بعدَهُ قُلتُ : إنِّي أقوَى ، قالَ : صم شَهْرَ الصَّبرِ ، وثلاثةَ أيَّامٍ بعدَهُ ، وصُم أشهُرَ الْحُرُمِ
Dari Abu Mujibah Al-Bahiliyah RA, dari ayahnya atau pamannya, dia berkata,”Aku pernah mendatangi Nabi SAW lalu berkata,’Wahai Nabi Allah, saya adalah laki-laki yang pernah datang kepadamu pada tahun awal [hijrah].’ Nabi SAW berkata,”Lalu mengapa saya lihat tubuhmu jadi kurus?” Dia menjawab,”Wahai Rasulullah, aku tak makan di siang hari, aku hanya makan di malam hari.” Nabi SAW bertanya,”Siapa yang menyuruh kamu menyiksa dirimu?” Aku menjawab,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar (Ramadhan), dan satu hari setelah Ramadhan.” Aku berkata,”Aku masih kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar, dan dua hari setelah Ramadhan.” Aku berkata,”Aku masih kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar, dan tiga hari setelah Ramadhan, dan berpuasalah pada bulan-bulan haram.” (HR. Ibnu Majah no.1741; Abu Dawud no. 2428, Ahmad no. 20.589).
Imam Syaukani menerangkan hadits di atas dengan berkata :
فَيهِ دَلِيلٌ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ صَوْمِهَا
”Dalam hadis ini terdapat dalil pensyariatan puasa pada bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).” (Imam Syaukani, Nailul Authār, hlm. 881).
Dengan demikian, pada bulan Dzulhijjah ini, sebagai salah satu dari bulan-bulan Haram (asyhurul hurum), yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab, disunnahkan juga berpuasa, selepas hari Tasyriq, dimulai dari tanggal 14 Dzulhijjah hingga akhir bulan Dzulhijjah. Wallāhu a’lam.@
www.fissilmi-kaffah.com
www.shiddiqaljawi.com
Discussion about this post