Meriahkan HUT Ke 64 Divif 2 Kostrad, Pangdivif 2 Kostrad Buka Kejuaraan Body Contest Divif 2 Kostrad

Meriahkan HUT Ke 64 Divif 2 Kostrad, Pangdivif 2 Kostrad Buka Kejuaraan Body Contest Divif 2 Kostrad

Mei 11, 2025
Danbrigif 1 Jaya Sakti Kunjungan Kerja ke Yonif 202/Tajimalela

Danbrigif 1 Jaya Sakti Kunjungan Kerja ke Yonif 202/Tajimalela

Mei 11, 2025
Basarnas Diusulkan Naik Kelas Jadi Kementerian

Basarnas Diusulkan Naik Kelas Jadi Kementerian

Mei 11, 2025
Meriahkan HUT Ke 64 Divif 2 Kostrad, Pangdivif 2 Kostrad Buka Kejuaraan Body Contest Divif 2 Kostrad
Berita

Meriahkan HUT Ke 64 Divif 2 Kostrad, Pangdivif 2 Kostrad Buka Kejuaraan Body Contest Divif 2 Kostrad

by wiwin boncel
Mei 11, 2025
0
1.4k

SIAGAINDONESIA.ID   Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-64 Divisi Infanteri 2 Kostrad, sebuah ajang bergengsi bertajuk Body Contest Divif 2...

Read moreDetails
Danbrigif 1 Jaya Sakti Kunjungan Kerja ke Yonif 202/Tajimalela

Danbrigif 1 Jaya Sakti Kunjungan Kerja ke Yonif 202/Tajimalela

Mei 11, 2025
1.4k
Basarnas Diusulkan Naik Kelas Jadi Kementerian

Basarnas Diusulkan Naik Kelas Jadi Kementerian

Mei 11, 2025
1.4k

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
Minggu, Mei 11, 2025
SIAGA INDONESIA NEWS
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast
No Result
View All Result
SIAGA INDONESIA NEWS
No Result
View All Result
Home Nusantara

Mahasiswa FIB Unair Bikin Film Dokumenter Berita Proklamasi Berbahasa Madura Melalui Radio Bekupon

by redaksi
Oktober 20, 2022
Reading Time: 3 mins read
A A
Mahasiswa FIB Unair Bikin Film Dokumenter Berita Proklamasi Berbahasa Madura Melalui Radio Bekupon

Mahasiswa FIB Unair dan pendukung lainnya usai syuting. Foto: nanang

494
SHARES
1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SIAGAINDONESIA.ID “Sengko kabbhi bangsa Indonesia klaban reja anjata’agi kamardhika’anna Indonesia. Hal-hal tasangkot bi’ ngallena kakobasa’an ban en-laenna elampa’agi klaban tjara se tartib tor edalem bakto se pande’. Djakarta tanggal 17 boelan 8 2605. Attas nyamana bangsa Indonesia, Soekarno Hatta”.

Itulah bunyi siaran radio yang dipancarkan oleh radio Nederlands Indische Radio Omroep (NIROM), yang di era pendudukan Jepang, namanya telah berganti menjadi Soerabaja Hosyo Kyoku atau Siaran Radio Surabaya.

Isinya adalah tentang berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Digunakannya  bahasa Madura itu dengan tujuan untuk menghindari sensor dari polisi militer Jepang. Meski proklamasi dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945, namun berita itu baru diterima oleh masyarakat Surabaya pada 18 Agustus 1945 pada 19.00.

Tidak semua orang Surabaya langsung mengerti berita proklamasi itu, kecuali orang Madura dan mereka yang bisa menangkap siaran di pulau Madura dan daerah tapal kuda.

Ketidak-mengertian orang Surabaya itu tampak pada adegan reka ulang dalam proses pembuatan film dokumenter kepahlawanan 10 November Surabaya, yang berlangsung di Lodji Besar di jalan Makam Peneleh Surabaya pada Rabo malam, 19 Oktober 2022. Mereka benar benar tidak mengerti karena bukan orang Madura.

Adalah mahasiswa FIB Unair yang terlibat dalam pembuatan film dokumenter ini. Selain berasal dari Surabaya, sebagian dari Lamongan dan bahkan ada yang dari Riau (Sumatera). Dalam reka adegan itu mereka sangat menjiwai akan ketidakmengertian isi berita radio yang memang di voice over (dibacakan) dalam bahasa Madura.

“Saya sama sekali tidak mengerti. Saya dari Riau, belum lama tinggal di Surabaya”, ujar Monika Astria, yang mengambil jurusan bahasa Inggris di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair.

Hal senada juga disampaikan oleh Sheila Sabika Amani Naura, mahasiswi semester 3 jurusan Sastra Inggris, yang terpilih sebagai Ning Surabaya 2021.

“Saya gak ngerti dan bahkan baru tau kalau proklamasi itu pernah dibacakan dalam bahasa Madura”, jelasnya.

Monika dan Sheila ini dua dari 9 mahasiswa yang ikut mendukung dan terlibat dalam pembuatan film dokumenter kepahlawanan 10 November Surabaya yang diproduksi TVRI Jatim bekerja sama dengan Begandring Soerabaia dan FIB Unair.

Behind the scene adegan mendengarkan siaran dari radio bekupon. Foto: nanang

Dalam reka adegan itu mereka berperan sebagai rakyat Surabaya yang sedang berada di sebuah rumah. Kemudian terdengarlah suara radio yang tengah disiarkan oleh Surabaya Hosyo Kyoku. Spontan, mereka yang sedang beraktivitas masing masing, lantas meninggalkan aktivitas nya dan berkumpul di depan radio. Setelah mendengarkan siaran dalam bahasa Madura itu, mereka baru menyadari kalau Indonesia baru merdeka.

Kerumunan orang juga terjadi di luar rumah. Mereka menghampiri radio yang dipasang di tempat umum, di kampung. Radio itu dikenal dengan nama radio bekupon. Bentuk radionnya seperti kandang merpati. Ini sebagai bentuk penyamaran perangkat alat penerima gelombang radio untuk publik agar masyarakat luas bisa menerima informasi informasi penting terkait perjuangan dan sekaligus hiburan. Kala itu tidak setiap orang memiliki radio.

Di gang Pandean I, radio bekupon menjadi jujugan warga yang dengan seksama mendengarkan pidato Gubernur Suryo yang menyerukan kepada rakyat Surabaya untuk senantiasa siap menghadapi dan melawan tentara Sekutu.

“Berulang-ulang telah kita kemukakan bahwa sikap kita ialah: Lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Juga sekarang dalam menghadapi ultimatum pihak Inggris, kita akan memegang teguh sikap itu. Kita tetap menolak ultimatum itu”. Itulah petikan bunyi pidato Gubernur Suryo yang dipancarkan lewat gelombang radio.

Semangat dan jiwa rakyat Surabaya pun semakin terbakar setelah mendengarkan pidato Gubernur Suryo dan mereka bersiap dalam menghadapi ultimatum Inggris. Pemuda kampung Pandean Peneleh terlihat sigap dan siap dalam menyongsong hari esok, 10 November, merdeka atau mati.

Pemuda Rakyat dan pejuang ini diperankan oleh mahasiswa Unair serta komunitas yang datang dari berbagai daerah, seperti Bangil dan Mojokerto. Peristiwa 10 November adalah sejarah bersama bangsa Indonesia yang pecah di Surabaya. Karenanya peran dan partisipasi publik dalam pembuatan film dokumenter ini datang dari berbagai tempat.

“Saya ikut membayangkan dan merasakan bagaimana kala itu di tahun 1945 ketika pemuda pemuda berdatangan dari berbagai daerah untuk membela kedaulatan bangsa di Surabaya. Ini saya rasakan ketika saya harus datang dari Bangil untuk mendukung pembuatan film dokumenter ini”, kata Fajar Kurniawan dari Reenactor Bangiler, Bangil.

Perang 10 November 1945 adalah perang rakyat. Ini tidak hanya perangnya arek arek asli Surabaya melawan Sekutu tapi juga pemuda pemuda yang datang dari luar Surabaya. Kehadiran mereka ini dikuatkan oleh pidato Bung Tomo melalui corong radio.

“Saudara-saudara, di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa Rakyat Indonesia di Surabaya: Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, Pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini,…. “, petikan pidato Bung Tomo yang juga membakar semangat pejuang pejuang.

Pembuatan film dokumenter Kepahlawanan 10 November Surabaya ini mendapat apresiasi dari dosen FIB Unair, Gesang, yang sekaligus ikut berperan sebagai pejuang rakyat dalam film ini. Pelibatan mahasiswanya dalam film ini cukup memberikan makna dan manfaat akademis bagi mahasiswanya.

“Ya, dalam kegiatan yang sangat edukatif ini, mereka bisa secara langsung terlibat dalam produksi media. Ini wujud nyata dari aplikasi mata kuliah introduction to media. Juga mata kuliah mata kuliah lainnya yang selama ini mereka terima secara teoristis. Di sini mereka mendapat pengalaman praktis”, jelas Gesang

Sementara itu, sutradara TVRI Jatim Andre Arisotya mengatakan bahwa produksi pada Rabo malam (19 Oktober 2022) dapat menyelesaikan empat scence. Yakni penduduk mendengar pidato keramat Gubernur Suryo, pejuang berangkat bertempur, pejuang mempersiapkan senjata dan proklamasi dalam bahasa Madura. Semua scene ini berlokasi di kampung Pandean dan Peneleh, Surabaya.@Nanang

Share198Tweet124
Previous Post

Masyarakat Pesisir Banyuwangi Tolak Limbah B3

Next Post

LaNyalla: Negara Jangan Hanya Sebagai Host

Berita Terkait

Meriahkan HUT Ke 64 Divif 2 Kostrad, Pangdivif 2 Kostrad Buka Kejuaraan Body Contest Divif 2 Kostrad

Meriahkan HUT Ke 64 Divif 2 Kostrad, Pangdivif 2 Kostrad Buka Kejuaraan Body Contest Divif 2 Kostrad

by wiwin boncel
Mei 11, 2025
0
1.4k

...

Danbrigif 1 Jaya Sakti Kunjungan Kerja ke Yonif 202/Tajimalela

Danbrigif 1 Jaya Sakti Kunjungan Kerja ke Yonif 202/Tajimalela

by wiwin boncel
Mei 11, 2025
0
1.4k

...

Basarnas Diusulkan Naik Kelas Jadi Kementerian

Basarnas Diusulkan Naik Kelas Jadi Kementerian

by Swara
Mei 11, 2025
0
1.4k

...

Next Post
LaNyalla: Demokrasi Pancasila Paling Ideal untuk Indonesia

LaNyalla: Negara Jangan Hanya Sebagai Host

Discussion about this post

REKAYOREK

Ini Asal Mula Nama Grup Band Rock Elpamas

10 Feb 2025

Informasi Konstruktif Melindungi dan Melestarikan Seni Budaya…

13 Feb 2025

Bahasa Universal Itu Bernama Matematika

13 Feb 2025
  • Disclaimer
  • Indeks
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Ekonomi
  • Hukum
  • Politik
  • Lainya
    • Kriminal
    • Dunia
    • Nusantara
    • Alutsista
    • Siaga Bencana
    • Opini
    • Podcast

Copyright © 2021 Siaga Indonesia

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.